Permasalahan yang terus dihadapi oleh perbankan syariah adalah berkaitan dengan tingkat risiko pembiayaan bermasalah yang dapat diukur dengan rasio Non Performing Financing (NPF). Tingkat risiko pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan pembiayaan berbasis bagi hasil terhadap tingkat risiko pembiayaan bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari Januari 2015 sampai Desember 2018. Populasi yang digunakan adalah Bank Umum Syariah dalam Statistik Perbankan Syariah yang di publikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dengan teknik pengambilan sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel independen yaitu kurs memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar -3,796 artinya kurs memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat risiko pembiayaan bermasalah. Selain itu SBIS memiliki signifikansi nilai signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar -2,737 artinya SBIS memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat risiko pembiayaan bermasalah, dan pembiayaan berbasis bagi hasil memiliki signifikansi nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung sebesar -4,116 artinya kurs memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat risiko pembiayaan bermasalah. Secara simultan diperoleh hasil uji F hitung sebesar 34,125 dan F tabel sebesar 2,82 dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 artinya kurs, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan pembiayaan berbasis bagi hasil memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat risiko pembiayaan bermasalah.