Formulasi waktu yang dimakruhkan salat dalam perspektif astronomi : studi kitab al-Umm karya Imam Syafi’i

Wafirotin, Hanik (2017) Formulasi waktu yang dimakruhkan salat dalam perspektif astronomi : studi kitab al-Umm karya Imam Syafi’i. Masters thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of Tesis_1500028003_Hanik_Wafirotin]
Preview
Text (Tesis_1500028003_Hanik_Wafirotin)
Tesis_1500028003_Hanik_Wafirotin.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (6MB) | Preview

Abstract

Kajian waktu yang dimakruhkan salat selama ini diketahui dengan teori yang dipaparkan dalam kitab hadis dan fikih tanpa diketahui awal waktu makruh dan berapa lama durasi waktu makruh dalam bentuk jam secara pasti. Durasi waktu makruh dalam bentuk jam sangat penting untuk menjaga agar tidak melewati batas waktu yang dimakruhkan salat, sehingga dibutuhkan formulasi waktu makruh dalam perspektif astronomi. Penentuan waktu makruh berdasarkan hadis dan ijtihad ulama fikih kemudian diintregasikan dengan aspek astronomi agar tidak ada pertentangan antara dalil syariat dan aspek astronomi. Metode perhitungan waktu makruh perspektif astronomi dilakukan dengan mengacu pada teori yang dijelaskan dalam kitab al-Umm.
Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat dua rumusan masalah dalam penelitian ini, 1) Bagaimana formulasi waktu yang dimakruhkan salat dalam kitab al-Umm perspektif astronomi?, 2) Mengapa waktu yang dimakruhkan salat dalam kitab al-Umm diserupakan dengan ibadah orang musyrik?.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) yang menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan scientific cum doctriner (pendekatan ilmiah yang digabungkan dengan doktrin). Sumber data primer adalah kitab al-Umm karya Imam Syafi’i, sumber sekunder berupa kitab fikih klasik, buku astronomi serta data astronomi berupa Ephemeris dan Nautical Almanac. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan metode analisis deskriptif dan matematis.
Data yang telah terkumpul dan telah dianalisis, didapatkan hasil bahwa formulasi waktu yang dimakruhkan salat dalam kitab al-Umm perspektif astronomi adalah durasi waktu makruh saat terbit, istiwa’ dan terbenam sebesar nilai diameter Matahari dijadikan satuan waktu (0° 32’ ÷15) yaitu 2m 8d. Waktu makruh setelah salat Subuh dan Asar berlaku setelah salat Asar dan Subuh dikerjakan, sehingga durasi panjang dan pendeknya berbeda tergantung kapan salat dilaksanakan, di awal atau akhir waktu. Awal waktu makruh saat terbit, apabila waktu terbit jam 5:42 WIB, proses Matahari terbit sampai terangkat naik adalah jam 5:42 WIB sampai jam 5:44 WIB. Awal waktu makruh saat istiwa’, apabila Matahari kulminasi jam 11:35 WIB, maka proses Matahari kulminasi sampai tergelincir jam 11:35 WIB sampai 11:37 WIB. Awal waktu makruh saat terbenam, apabila Matahari terbenam jam 17:29 WIB, proses Matahari mulai terbenam sampai terbenam seluruhnya jam 17:27 WIB sampai 17:29 WIB. Waktu makruh diserupakan dengan ibadah orang musyrik karena orang musyrik sujud pada Matahari saat terbit dan terbenam, maka dilarang salat pada waktu terbit dan terbenam supaya tidak menyerupai orang musyrik yang menyembah Matahari. Salat pada kedua waktu tersebut dilarang untuk menutup jalan (sadd al-żarī’ah) penyembahan kepada sesembahan mereka dan supaya terputuslah kemiripan dengan perbuatan orang musyrik. Waktu makruh saat istiwa’ dilarang karena neraka Jahannam dinyalakan dan dibuka pintu-pintunya. Larangan salat setelah salat Subuh dan Asar karena menutup pintu keburukan (sadd al-żarī’ah), karena bisa jadi orang yang melaksanakan salat sunah setelah salat Subuh dan Asar mencapai waktu terbit maupun terbenam.

ABSTRACT:

The study of makruh time has been known only with the theories described in the Hadith and the Jurisprudence books without knowing the beginning of the makruh time and how long the duration of makruh time in the form of a clock certainty. Duration makruh time in the form of a clock is very important to keep the time limit of makruh time. So it takes makruh time formulation in astronomical perspective. Determination of time makruh based on the hadith and ijtihad scholars then integrated with astronomical aspects in order that there is no conflict between the theorem of syari'a and astronomical aspects. The method of calculating makruh time astronomical perspective is done by referring to the theory described in the book of al-Umm.
Based on those backgrounds there are two problem formulations in this study, 1) How is the formulation of makruh time in the book of al-Umm astronomical perspective ?, 2) Why is the makruh time in the book of al-Umm resembled with unbeliever worship?.
This research is library research which uses qualitative research method with scientific cum doctriner approach. The primary data source is the book of al-Umm by Imam Syafi'i, a secondary source of classical Jurisprudence books, astronomy books and astronomical data in the form of Ephemeris and Nautical Almanac. Technique of data collecting is using documentation technique. The data is analyzed by descriptive and mathematical analysis methods.
The data have been collected and have been analyzed, it is found that the formulation of makruh time in the book of al-Umm astronomy perspective is the duration of makruh time at sunrise, meridian pass and sunset by the value of sun diameter is 2m 8d. Whereas makruh time after Subuh and Asar apply after Subuh prayer and Asar prayer are done, so the duration of length and short is different depending on when prayer is done, at the beginning or end time. The Early of makruh time at sunrise, if sunrise is at 5:42 AM, then the process of sunrise until rising up is at 5:42 AM until 5:44 AM. The early of makruh time at meridian pass, if the sun culminates at 11:35 AM, then the process of the sun culminates until it slips at 11:35 AM until 11:37 AM. The early of makruh time at sunset, if the sunset is at 17:29 PM, the process of the sun turns yellow to set at 17:27 PM until 17:29 PM. Makruh time resembles with the worship of the unbelievers because they prostrate on the Sun at sunrise and sunset, so forbidden to pray at sunrise and sunset as not to resemble polytheist prayer. Prayer on both occasions is forbidden to close the way of disrepute (sadd al-żarī’ah) to their worship and to disconnect the resemblance to the deeds of the polytheist. The makruh time when meridian pass is forbidden because hell is ignited and opened its doors. Prohibition of prayer after Subuh prayer and Asar prayer because of closing disrepute (sadd al-żarī’ah), because it could be people who enjoys praying the sunah prayer after Subuh prayer and Asar prayer until the end of time reaches sunrise or sunset.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Formulasi waktu; Waktu makruh; Shalat; Imam Syafii; Astronomi
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.3 Islamic Worship / Ibadah > 297.38 Rites, prayer
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 10 Dec 2020 06:37
Last Modified: 10 Dec 2020 06:37
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12021

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics