Pola-pola pengapsahan kitab pesantren kiai pesisir utara Jawa Tengah abad XIX-XX : kajian histori-sosiolinguistik

Jaeni, Muhamad (2019) Pola-pola pengapsahan kitab pesantren kiai pesisir utara Jawa Tengah abad XIX-XX : kajian histori-sosiolinguistik. Dr/PhD thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of DISERTASI_1400039014_MUHAMAD_JAENI]
Preview
Text (DISERTASI_1400039014_MUHAMAD_JAENI)
DISERTASI_1400039014_MUHAMAD_JAENI.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (4MB) | Preview

Abstract

Selama ini gerakan pengapsahan kitab-kitab pesantren hanya dipahami sebatas gerakan akademis, dalam arti hanya ditujukan memahami isi kandungan kitab, padahal gerakan pengapsahan kitab dengan berbagai model dan cara kerjanya juga ditujukan sebagai gerakan sosial dalam menyikapi situasi sosial, budaya, politik dan keagamaan yang tengah terjadi. Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan (1) Bagaimana pola-pola pengapsahan kitab kiai pesisir utara Jawa Tengah pada Abad XIX-XX M?; (2) Bagaimana proses pemertahanan bahasa Jawa Kitabi yang digunakan dalam pengapsahan kitab kuning di wilayah pesisir utara Jawa Tengah pada Abad XIX-XX M?; (3) Bagaimana sejarah pengapsahan kitab– kitab pesantren yang dilakukan kiai pesisir utara Jawa Tengah pada Abad XIX-XX M?. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan dan kepustakaan dengan objek kajian beberapa pesantren serta kitab-kitab terjemahan karya kiai pesisir utara Jawa Tengah. Datanya diperoleh dengan cara wawancara (cakap), observasi (simak), dokumentasi dan introspeksi. Semua data dianalisis dengan pendekatan sejarah dan sosiolinguistik dengan dua metode analisis, content alnalysis dan analisis deskriptif.
Kajian ini menunjukan; (1) terdapat beberapa pola penulisan dan pengapsahan kitab-kitab keagamaan para kiai pesisir utara Jawa Tengah. Model-model pengapsahan kitab tersebut adalah; Pola Pengapsahan Deskriptif-Interpretatif, Pola Pengapsahan Gandul- Simbol Gramatik, pola Pengapsahan Gandul-Tanda Gramatik, Pola Pengapsahan Gandul- Tanda dan Simbol Gramatik, dan Pola Pengapsahan Numerik (Penomoran). Secara umum, pola pengapsahan yang pertama banyak digunakan para kiai pesisir abad ke XIX M, sementara empat pola pengapsahan berikutnya banyak

dilakukan kiai pesisir abad ke-XX M; (2) Ragam bahasa yang digunakan dalam penulisan dan pengapsahan kitab-kitab keagamaan adalah bahasa Jawa-Kitabi. Ragam ini dianggap sebagai korpus Jawa baru, dimana strukturnya meliputi aksara pegon, ragam dialek ngoko Jawa pesisiran dan struktur gramatikanya Arab fus}h}ā. Munculnya ragam bahasa Jawa Kitabi, konsekwensi dari fenomena diglosia yang lahir dari masyarakat dwibahasa atau multibahasa. Fenomena diglosia juga mengakibatkan adanya fenomena campur kode dalam penulisan dan pengapsahan kitab. Dialek pesisiran yang digunakan adalah dialek regional dan sosial yang sudah jarang ditemukan sebagai qallaqial speech masyarakat Jawa pada umumnya. Ragam bahasa dan dialek Jawa ini terus lestari, hal ini disebabkan karena adanya sikap kebanggaan dan loyalitas bahasa dari para kiai dan para santri pesantren; (3) Secara historis adanya gerakan penulisan dan pengapsahan yang dilakukan para kiai pesisir utara Jawa Tengah pada abad XIX-XX M, disebabkan lima peristiwa historis, yaitu; Adanya Bilād al-Jāwi sebagai tempat komunitas para ulama Nusantara mengadakan kegiatan belajar mengajar ilmu-ilmu agama di kota Mekah, fenomena menguatnya jejaring keilmuan kiai pesisir dalam gerakan penulisan dan penerjemahan kitab-kitab pesantren, gerakan islamisasi dan pemahaman agama masyarakat awam, gerakan pelestarian tradisi ulama Jawa dalam proses pembelajaran gramatika bahasa model pesantren, dan gerakan perlawanan para kiai pesisir terhadap segala bentuk diskriminasi dan penjajahan dari kolonialisme Belanda.

ABSTRACT:

happening. This study is conducted to figure out several questions (1) what kind of models were used in the pengapsahan movement of the Islamic scholars’ books in pesantren (Islamic boarding school) in the north area of Central Java in the 19th-20th century? (2) how was the process of maintaining the kitabi (having the quality of Islamic book style) of Javanese language used in the pengapsahan movement of the Islamic scholars’ books in pesantren in the north area of Central Java in the 19th-20th century? (3) how is the Hitory of the pengapsahan movement of the Islamic scholars’ books in pesantren in the north area of Central Java in the 19th-20th century? The data were obtained through interview, observation, documentation, and introspection. All the data were analyzed by using historical and sociolinguistic approaches and utilizing two analysis methods: content alnalysis and descriptive analysis.
This study reveals: (1) there are several models of writing and the pengapsahan of the Islamic scholars’ books in pesantren in the north area of Central Java: descriptive-interpretative, grammatical gandul (hanging) symbol, grammatical gandul (hanging) sign, grammatical gandul (hanging) sign and symbol, and numbering. In general, the first model was mostly used by the Islamic scholars in the north part of Central Java in the 19th century, while the rest four

models were used in the 20th century; (2) the language style used in the writing and the pengapsahan of the Islamic books were kitabi of Javanese language. This style was considered as a new Javanese corpus, in which its structure includes pegon lettering, ngoko Javanese northern area dialect, and arabic fus}h}ā. The emergence of this Javanese kitabi was the consequence of the diglossia phenomenon among multi-language society. This phenomenon also caused a mix- code in the process of writing and pengapsahan. The dialect used in Javanese northern part were regional and social dialects which have been rarely used as colloquial speech in present days. This variety and dialect however were considered as a local pride by the Islamic scholars and students. Hstorically, the movement of writing and the pengapsahan of the Islamic books by the Islamic scholars in the north area of Central Java in the 19th-20th century was caused by five historical events: (1) the existence of Bilād al-Jāwi community in Mecca as the place for the Nusantara Islamic scholars to conduct learning and teaching process of Islamic sciences, (2) the improving network of the Islamic scholars in the north part of Java in establishing the writing and translating Islamic books, (3) the Islamic dissemination and preaching to public, (4) the preservation of Javanese Islamic scholars’ culture in teaching Arabic grammar, and (5) the Islamic scholars movement against the Dutch discrimination and colonization in this country.

Item Type: Thesis (Dr/PhD)
Uncontrolled Keywords: Kitab pesantren; Kiai; Pesisir utara; Jawa Tengah
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.77 Islamic religious education
Divisions: Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 26 Jan 2021 05:21
Last Modified: 26 Jan 2021 05:21
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12108

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics