Epistemologi tafsir lingkungan : analisis hermeneutis terhadap tafsir ayat-ayat antroposentris dalam al-Qur’an

Fatah, Abdul (2019) Epistemologi tafsir lingkungan : analisis hermeneutis terhadap tafsir ayat-ayat antroposentris dalam al-Qur’an. Dr/PhD thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of DISERTASI_1500039017_ABDUL_FATAH]
Preview
Text (DISERTASI_1500039017_ABDUL_FATAH)
DISERTASI_1500039017_ABDUL_FATAH.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (5MB) | Preview

Abstract

Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan lingkungan dalam perspektif al-Qur’an. Fokus kajiannya adalah tafsir pada ayat-ayat antroposentris yaitu ayat al-Qur’an yang memiliki makna mensuperioritas-kan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya dan menganggap bahwa manusia adalah pusat dari ekosistem dunia serta menilai alam sebagai pelengkap kebutuhan manusia. Faham ini diyakini sebagai salah satu pemicu hadirnya kerusakan lingkungan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana tafsir ayat-ayat antroposentris dalam al-Qur’an?, (2) Bagaimana analisis hermeneutis terhadap tafsir ayat-ayat antroposentris dalam al-Qur’an?, (3) Bagaimana format epistemologi tafsir lingkungan?, (4) Bagaimana format tafsir lingkungan? sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah tematik (maud}hu>’i>) dengan menggunakan analisis hermeneutika kontekstual.
Adapun hasil penelitiannya adalah sebagai berikut : (1) Konsep manusia sebagai makhluk paling dimuliakan berimplikasi pada rasa superioritas manusia dengan makhluk-makhluk lainnya termasuk dengan alam. Ini ditandai salah satunya dengan adanya perintah sujud (memberi hormat) pada manusia. Di samping itu manusia dianugrahi nilai lebih berupa akal pikiran yang tidak diberikan pada makhluk lain. Alam seisinya dimaknai sebagai pelengkap untuk menunjang kebutuhan kehidupan manusia. Ini semakin dilegitimasi dengan setatus manusia sebagai wakil dari Tuhan yang diistilahkan dengan khali>fah fi> al-ardh. Rangkean makna yang muncul secara simultan dari tafsir ayat-ayat di atas nampak sangat antroposentris sekali sehingga dibutuhkan kontekstualisasi makna untuk menghadirkan makna ekologis. (2) Adapun analisis hermeneutis terhadap tafsir ayat-ayat antroposentris di atas adalah sebagai berikut : manusia sebagai makhluk yang ditinggikan drajadnya diingatkan untuk tidak sombong atau takabur. Manusia juga diberi perintah untuk tidak membuat kerusakan di bumi. Sebagai makhluk yang ditinggikan drajadnya dia harus mampu berbuat baik dan ih}sa>n pada semua makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia adalah makhuk yang mempunyai kuasa pada alam. Namun demikian dalam memanfaatkan rezeki tersebut manusia harus berpegang pada asas keseimbangan equilibrium. Prinsip equilibrium harus dipahami pada semua aspek kehidupan. Dengan begitu kehidupan akan berjalan dengan selaras dan harmoni. Manusia mendapatkan mandat sebagai khali>fah di bumi manusia diingatkan sebagai khali>fah tugasnya adalah untuk memakmurkan bumi bukan sebaliknya merusak bumi. Salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan. (3) Adapun format epistemologi tafsir lingkungan adalah sebagai berikut: sumber (origin) dari tafsir lingkungan adalah nash berupa al-Qur’an, hadist di samping itu sumber tafsir yang lain adalah realitas dari keadaan lingkungan hari ini. Sumber tafsir lingkungan ini adalah dialektika antara nalar bayani yang berorientasi pada teks dan juga nalar burhani yang melihat realitas atau fenomena alam sebagai sumber rujukannya. Adapun Metode (method) yang digunakan adalah observasi atau pengamatan pada realitas lingkungan di mana keadaan lingkungan semakin akut dan salah satu penyebabnya adalah perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan dan perilaku ini hadir salah satunya karena faham antroposentrisme. Sedangkan validitas (validity) dari tafsir lingkungan adalah adanya kesesuaian antara hasil penafsiran dengan teori ilmu lingkungan. Model validitas ini disebut korespondensi yaitu kesesuaian antara rumus-rumus yang diciptakan oleh akal manusia dengan hukum-hukum alam atau pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi (sepadan) dengan dunia (kenyatan). (4) Tafsir lingkungan adalah bagian dari tafsir kontemporer berwawasan lingkungan yang mengandung spirit makna perlindungan lingkungan dengan jalan berbuat adil, ih}sa>n dengan asas keseimbangan. Semua hasil penafsiran atau pemahaman pada ayat al-Qur’an yang mengarah pada pelestarian dan perlindungan lingkungan adalah bagian dari tafsir lingkungan sebaliknya semua hasil penafsiran yang bermakna bertentangan dengan nilai-nilai lingkungan adalah bukan bagian dari tafsir lingkungan.

ABSTRACT:

This research tries to answer environmental problems in the perspective of Qur'an. The focus of the study is the interpretation of the anthropocentric verses, namely the verse of the Qur'an which has meaning the superiority to humans compared to other creatures and considers that humans are the center of the world ecosystem and value nature as a complement to human needs. This ideology is believed to be one of the triggers to the presence of environmental damage. The research questions in this study are: (1) How is the exegesis of anthropocentric verses in the Qur'an? (2) How is the hermeneutical analysis to exegesis of anthropocentric verses in the Qur'an? (3) How is the epistemological format of environmental exegesis ?, (4) What is the format of environmental exegesis?. The research method used in this study is thematic (maud}hu>’i>) by using contextual hermeneutics analysis.
The results of the research are as follows: (1). The concept of humans as the most glorified creature has implications for the sense of superiority of humans with other creatures including nature. This is indicated by one of them, the command of prostration (saluting) to humans. Besides humans are given more value in the form of mind that is not given to other beings. Then the whole universe is interpreted as a complement to support the needs of human life. This is legitimized with human status as a representative of God which is called khali>fah fi> al-ardh. Appearing simultaneously from the verses above understanding seems very anthropocentric so that the contextualization of meaning is needed to present ecological meaning (2) Hermeneutical analysis to anthropocentric verses as follows: humans as creatures that are elevated their degree by god is reminded not to be arrogant. humans is also given orders not to make damage on earth. As a creature who is elevated his degree he must be able to do good deed for all creatures created by Allah SWT. Humans are creatures who have power over nature. However, in utilizing the nature, humans must adhere to the principle of equilibrium (balance). The principle of equilibrium must be understood in all aspects of life. That way life will go in harmony and hand in hand. Humans get the mandate as khali>fah on earth humans are reminded as khali>fah the task is to prosper the earth not otherwise damage the earth. One of the efforts that can be done is to preserve plants. (3) The source of environmental exegesis is the text in the form of Qur'an, hadith besides the other source is the reality of today's environment. The source of this environmental exegesis is the dialectic between reasoning text oriented (bayani) and also logical oriented (burhani) which sees reality or natural phenomena as its source of reference. The method used is observation on the reality of the environment where the environmental conditions are getting acute and one of the causes is human behavior that is not environmentally friendly and this behavior is present one of them due to anthropocentric ideology. While the validity of environmental exegesis is that there is a match between the results of interpretation with the theory of environmental science. This validity model is called correspondence, namely the compatibility between formulas created by human reason with natural laws or statements is true if it corresponds to the world ( reality). (4) Environmental exegesis is part of contemporary exegesis that contain the spirit of environmental protection by doing justice, ih}sa>n with the principle of balance. All the results of interpretations or understandings to the verses of the Qur'an which lead to preservation and protection of environment are part of environmental exegesis otherwise all interpretations that are contrary to environmental values are not part of environmental exegesis.

Item Type: Thesis (Dr/PhD)
Uncontrolled Keywords: Tafsir Al-Qur’an'; Epistemologi; Tafsir lingkungan; Hermeneutika; Ayat antroposentris
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1228 Nonreligious subjects treated in the Al-Quran
Divisions: Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 27 Jan 2021 02:08
Last Modified: 27 Jan 2021 02:08
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12111

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics