Pada dasarnya tindak pidana pemerkosaan baik di Indonesia maupun di belahan dunia manapun dianggap sebagai tindakan kejahatan berat, di samping itu pemerkosaan juga merupakan bentuk kekerasan primitif yang terdapat pada sendi masyarakat manapun. Gejala pemerkosaan adalah salah satu tantangan sosial yang harus dipikirkan secara serius. Oleh karena itu, pandangan masyarakat mengenai perkosaan adalah bagian dari cerminan nilai-nilai masyarakat, adat, agama bahkan negara sekalipun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah analisis hukum Islam terhadap putusan Pengadilan Negeri Jepara No.80/Pid.B/2004/PN.Jpr. tentang tindak pidana pembunuhan yang disertai pemerkosaan dan untuk mengetahui bagaimanakah analisis hukum positif terhadap pertimbangan hukum yang dipakai oleh hakim dalam memutuskan perkara No.80/Pid.B/20043/PN.Jpr. tentang tindak pidana pembunuhan yang disertai pemerkosaan. Jenis penelitian ini termasuk penelitian putusan (library research), dimana data primernya adalah putusan Pengadilan Negeri Jepara. Sedangkan data sekundernya adalah seluruh dokumen yang berupa kitab dan buku yang membahas tentang pemerkosaan dan pertanggungjawaban pidananya.
Hasil dari penelitian ini bahwa putusan Pengadilan Negeri Jepara No.80/Pid.B/2004/PN.Jpr. tentang tindak pidana pembunuhan yang disertai pemerkosaan yang dijatuhkan kepada Zaenal Arifin, Muhammad Isa, Muhammad Gufron Hidayat, Ali Rosyid dan Benny Ahmad Basahil Ahmad, Abdul Rochman dan Suhadi dengan hukuman 14 , 15 dan 10 tahun penjara, menurut hukum Islam termasuk dalam jarimah ta’zir, akan tetapi jika para pelaku hanya dihukum ta’zir saja penulis kira belum cukup, karena si korban sampai meninggal dunia. Untuk itu hukuman yang pantas dijatuhkan kepada para terdakwa adalah hukuman qishash-diat, yaitu pembunuhan sengaja (al-Qatl al-‘Amd) dengan hukumannya adalah hukuman mati dan ganti rugi berupa seratus ekor unta atau dua ratus ekor sapi yang diberikan kepada pihak si korban atau keluarganya dan melaksanakan puasa dua bulan berturut-turut.
Suhadi sebagai Penganjur (Uitlokker), yang telah menyuruh melakukan pembunuhan, namun ia tidak ikut membunuh, maka hukumannya adalah qishash. Ahmad Abdul Rochman, Zaenal Arifin, Muhammad Isa, Muhammad Gufron Hidayat, Ali Rosyid dan Benny Ahmad Basahil yang kapasitasnya sebagai pelaku turut melakukan perbuatan (Medepleger), yang telah melakukan jarimah zina (pemerkosaan) dan jarimah pembunuhan maka hukumannya adalah : diqishash yakni dibunuh. Jika pihak keluarga memafkannya maka para terdakwa bisa bebas dari hukuman qishash akan tetapi harus menggantinya dengan diat yakni membayar ganti rugi berupa 100 ekor unta atau 200 ekor sapi yang diberikan kepada keluarga korban dan sebagai hukuman tambahan yakni para terdakwa harus menjalankan puasa dua bulan berturut-turut.