Studi analisis pendapat Imam Syafi’i tentang didahulukannya nenek daripada bapak dalam melaksanakan hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz

Wati, Nina Irna (2009) Studi analisis pendapat Imam Syafi’i tentang didahulukannya nenek daripada bapak dalam melaksanakan hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo.

[thumbnail of 2105100 _ Coverdll.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Coverdll.pdf - Accepted Version

Download (99kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bab 1.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bab 1.pdf - Accepted Version

Download (111kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bab 2.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bab 2.pdf - Accepted Version

Download (123kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bab 3.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bab 3.pdf - Accepted Version

Download (133kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bab 4.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bab 4.pdf - Accepted Version

Download (90kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bab 5.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bab 5.pdf - Accepted Version

Download (20kB) | Preview
[thumbnail of 2105100 _ Bibliografi.pdf]
Preview
Text
2105100 _ Bibliografi.pdf - Bibliography

Download (17kB) | Preview

Abstract

Hadhanah yaitu melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki maupun perempuan, atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, rohani, dan akalnya, agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab. Hak tersebut dilakukan setelah terjadinya putus perkawinan antara kedua orang tua anak itu dan jatuh ke tangan siapa tergantung syarat-syarat yang dipenuhi dalam KHI dan Undang-Undang Perkawinan serta pertimbangan-pertimbangan lain oleh Hakim tingkat Peradilan Agama.
Adapun Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui secara mendalam Pendapat Imam Syafi’i tentang Didahulukannya Nenek daripada Bapak dalam melaksanakan Hadhanah bagi Anak yang belum Mumayyiz. (2) Untuk mengetahui Istinbath Hukum Imam Syafi’i tentang Didahulukannya Nenek daripada Bapak dalam melaksanakan hadhanah bagi Anak yang belum Mumayyiz.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini ialah: (1) Jenis Penelitian termasuk Penelitian Kepustakaan (library research). (2) Pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan yuridis-normatif atau penelitian hukum doktrinal (doctrinal research), yaitu dengan bahan dasar kitab-kitab fiqh, buku-buku fiqh dan perundang-undangan. (3) Sumber data, terdiri dari: a. Data Primer, yakni berupa kitab fiqh Imam Syafi’i al-Umm, al-Risalah dan al-Muhadzab. b. Data Sekunder, diantaranya: Kompilasi Hukum Islam (KHI), UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan buku-buku lain terkait dengan fiqh Munakahat. (4) Teknik analisis data menggunakan: Metode deskriptif-analitis, ialah metode digunakan dengan cara menganalisis data yang diteliti dengan memaparkan data-data tersebut berdasarkan data-data primer dan sekunder, lalu diuraikan dan kemudian diperoleh suatu kesimpulan. Dalam hal ini penulis mendeskripsikan, mengkaji dan menganalisis pendapat Imam Syafi’i tentang didahulukannya nenek dari pada bapak dalam pemberian hadhanah bagi anak yang belum mumayyiz dan metode istinbath hukum yang digunakan.
Hasil penelitiannya yaitu: (1) Imam Syafi’i lebih memprioritaskan kedudukan perempuan untuk memelihara anak dalam garis lurus ke atas, yakni nenek. Pendapat ini ditopang juga dalam KHI pasal 156 poin a. Hal ini, Imam Syafi’i lebih memilih kedudukan nenek sebagai pemegang hak untuk memelihara anak, meskipun usianya sudah lanjut dan secara fisik kurang memperlihatkan energi yang kuat. Namun, pada dasarnya nenek merupakan orang tua kedua yang memiliki sifat ke-ibu-an setelah ibu yang melahirkan anaknya itu, serta berorientasi kepada at-tarbiyah (mendidik) dan at-ta’dib (mengajar) kepada anak. (2) Istinbath hukum yang dilakukan oleh Imam Syafi’i menggunakan Sunnah dan Qiyas, terlebih qiyas.
Qiyas yang digunakan Imam Syafi’i di dalam mengambil suatu keputusan hukum untuk mendudukkan posisi nenek yang diutamakan, melihat skala prioritas bahwa mempunyai kedudukan yang sama dengan ibu dalam hal karakteristik yang dimilikinya, yang itu tidak semua dimiliki oleh ayah. Jadi, berangkat dari situ maka neneklah yang berperan andil di dalam melakukan perbuatan hukum berupa hadhanah.
Pendapat Imam Syafi’i ini sangat relevan dengan kondisi yang ada di Indonesia, sebab sebagian norma-norma yang terkandung dalam KHI itu kental dengan paradigma Syafi’i, selain itu mayoritas penduduknya sebagian besar muslim yang menganut madzhab Syafi’i.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Additional Information: Pembimbing: Drs. H. Muhyiddin, M.Ag.; H. Khoirul Anwar, M.Ag.
Uncontrolled Keywords: Hadhanah; Pemeliharaan anak
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.57 Religious experience, life, practice > 297.577 Marriage and family life
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > 74230 - Hukum Keluarga Islam (Ahwal al-Syakhsiyyah)
Depositing User: Agus Sopan Hadi
Date Deposited: 18 Mar 2015 05:18
Last Modified: 18 Mar 2015 05:18
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3690

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics