Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seoarng pria dengan seorang wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Tetapi tujuan perkawinan tersebut tidak akan selamanya tercapai, adakalanya suami istri tesebut berseberangan pendapat yang curam, yang dapat menyebabkan perselisihan dan percecokan yang kronis. Bila sudah seperti ini kata ”cerai” menjadi sebuah solusi. Namun untuk sampai pada tahap percerain harus menjalani serangkain prosesi litigasi. Undang-undang sendiri selain menganut prinsip mempersulit perceraian juga mewajibkan perceraian hanya dilakukan didepan sidang pengadilan setelah keduanya tidak bisa didamaikan. Rupanya perdamaian dengan menunjuk mediator menjadi hal yang wajib dalam sebuah sidang perceraian. Ini sejalan dengan anjuran Islam untuk mendahulukan perdamaian jika terjadi peselisihan suami istri dengan menunjuk perantara dari masing-masing keluarga suami istri tersebut.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk meneliti penanggulangan perceraian yang terjadi pada masyarakat desa Paesan kecamatan kedungwuni kabupaten Pekalongan. Dalam penanggulangan perceraian tersebut yang menjadi penengah adalah Kyai Rifa’iyyah setempat, Lalu bagaimana peran dari kyai Rifa’iyyah tersebut dalam menjadi hakam pada penanggulangan perceraian jama’ahnya. Juga tidak lupa untuk mengetahui mekanisme penanggulangan perceraiannya yang terjadi pada masyarakat Rifa’iyah di desa Paesan kecamatan Kedungwuni kabupaten Pekalongan.
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan mengambil lokasi di desa Paesan kecamatan Kedungwuni kabupaten Pekalongan. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber data dengan melakukan wawancara dengan kyai Rifa’iyyah setempat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan dokumentasi dan interview. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, diantaranya ialah deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini yang dapat disimpulkan oleh penulis adalah bahwa proses penanggulangan perceraian yang terjadi pada masyarakat Paesan kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan adalah sebuah upaya penyelesaian konflik rumah tangga di luar pengadilan, yang sifatnya tidak memutus (adjukatif), dengan melibatkan seorang kyai Rifa’iyah setempat sebagai perantara (mediator). Peran kyai disini adalah sebagai perantara(hakam) antara pihak-pihak yang berselisih. Proses ini tidak mengikat bagi para pengikutnya tetapi hal tersebut merupakan kesadaran masing-masing individu.