Dinamika pemahaman “al-khasaiṣ” dalam ajaran Tarekat Tijaniyah : studi pemahaman mursyid di daerah Cirebon

Saepudin, Saepudin (2018) Dinamika pemahaman “al-khasaiṣ” dalam ajaran Tarekat Tijaniyah : studi pemahaman mursyid di daerah Cirebon. Dr/PhD thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of DISERTASI_105113021_SAEPUDIN]
Preview
Text (DISERTASI_105113021_SAEPUDIN)
DISERTASI_105113021_SAEPUDIN.pdf - Submitted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (4MB) | Preview

Abstract

Ajaran Tarekat tidak semuanya dapat dipahami oleh semua orang, bahkan terkadang juga oleh sebagian pelaku tarekat itu sendiri. Untuk mengetahui makna tersebut perlu diungkap melalui metoda yang dapat mendekatkan kepada pemahaman arti tersebut. Tetapi tidak selamanya metoda atau teori dapat mengantarkan pemahaman secara pasti dan tepat, karena ajaran tarekat adalah bagian dari ajaran tasawuf yang orientasi kajiannya pada aspek esoteris, yakni bersifat batiniyah, ruhaniyah, atau spiritual. Bukan hanya sampai di situ, pengetahuan yang bersifat batiniyah, dalam perkembangannya mengalami dinamisasi sejalan dengan laju perkembangan pemikiran manusia. Sebagaimana terjadi dalam ajaran tarekat Tijaniyah yang pada awal munculnya mendapat “multi respon” dari kalangan ahli tarekat, khususnya beberapa ajaran yang dianggap “janggal”.
Penelitian ini mengkaji dinamika pemahaman para Mursyid (Muqaddam) tarekat Tijaniyah terhadap keistimewaan (al-Khas}āis}) ajaran tarekatnya. Fokus penelitian pada empat aspek keistimewaan, yaitu: Pertama aspek personal kewalian yang menyangkut keistimewaan kewalian syaikh Ahmad Tijani. Kedua aspek etis, yang berkaitan dengan nilai-nilai yang wajib ditaati oleh ihwan Tijaniyah. Ketiga aspek pemberian pahala (reward), yang menyangkut kompensasi atas statusnya sebagai ihwan Tijaniyah. Keempat aspek sanksi (Punishment) sebagai konsekwensi atas pelanggaran kode etik ajarannya.
Untuk mengetahui dinamika pemahaman terhadap keistimewaan tarekat Tijaniyah, dalam penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan hermeneutik dan pengetahuan murni (scientia sacra). Pendekatan hermeneutik dimaksud adalah menggunakan teori arti “mengetahui”, yang pengetahuan itu tidak selamanya dapat dijangkau oleh akal manusia, tetapi pengetahuan tersebut benar adanya, dan tidak akan diterima kebenaran itu kecuali mengalaminya. Sedangkan pendekatan scientia sacra atau pengetahuan murni adalah sebuah pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan inteleksi yang menyelimuti iluminasi hati dan pikiran.
Sementara untuk mengetahui dinamika pemahaman para Muqaddam (Mursyid) tarekat Tijaniyah terhadap keistimewaan empat aspek di atas, peneliti melakukan wawancara informal kepada tujuh orang Muqaddam (Mursyid) yang kapasitas keilmunnya di bidang tarekat Tijaniyah diakui oleh masyarakat Cirebon dan sekitarnya.
Keistimewaan syaikh Ahmad Tijani sebagai wali pertama secara potensi dan wali terakhir dalam wujud fisik manusia adalah sebuah pengetahuan murni, dan kebenaran pengetahuan tersebut tak terjangkau oleh akal manusia. Apa yang terjadi padanya, oleh para Muqaddam (Mursyid) Tijaniyah diakui sebagai keutamaan (fadhal). Begitu juga etika ihwan Tijaniyah terhadap tata atur yang menjadi ajarannya, tidak selamanya diartikan secara tekstual, akan tetapi harus diletakkan pada tingkat pengetahuan seseorang. Pada posisi ini, menurut para Muqaddam (Mursyid) tarekat Tijaniyah adalah menempatkan pemahaman pada tingkatannya. Begitu juga halnya dengan aspek kompensasi pahala dan sanksi. Penelitian ini sampai pada kesimpulan, bahwa keistimewaan ajaran tarekat Tijaniyah pada empat aspek tersebut adalah sebuah pengetahuan murni yang tidak dapat dijangkau oleh akal, dan pengetahuan yang harus diletakkan pada tingkatan kapasitas seseorang.

ABSTRACT:

The teachings of the tarekat are not all of them can be understood by all persons, sometimes even some of the tarekat itself. To know the meaning need to be exploited by method that can be closer to understanding that meaning. However, not always the method or theory can lead to understanding precisely and precisely, because the teachings of the tarekat is part of the teachings of Sufism that the orientation of his study on the esoteric aspect, which is spiritual. Not only there, the knowledge of the spiritual, in its development experienced a dynamic in line with the rate of development of human thought. As it happens in the teachings of the Tariqah. Tariqah, which at the beginning of the emergence received a "multi-response" of tarekat experts, especially some teachings that are considered "awkward"
This study explains the dynamics of understanding of the Muqaddam of the Tariqah Tijaniyah against the privileges (al-Khas}āis}) of the teachings of the tarekat. The focus of research on the of the privileges (al-Khas}āis}) aspects, namely: First aspect personal is personality that merge the privileges of the syaikh Ahmad Tijani. Both ethical aspects, which are assembled with values that must be obeyed by the Tijaniyya Moslem. The third aspects is reward, which concerns the compensation of his status as members (ihwan Tijaniyah). The four aspects of sanctions (Punishment) because of violation of the code of ethics of his teachings.
To understand the dynamics of the understanding of the Tijaniyah credentials, this research uses two approaches, namely hermeneutic and pure knowledge (scientia sacra). The hermeneutic approach is to use the theory of the meaning of "knowing", which knowledge is not always reachable by human reason, but that knowledge is true, and will not be accepted by it unless it is experienced. While the approach of scientia sacra or pure knowledge is a knowledge derived from revelation and intelligence that enveloped the illumination of heart and mind.
Meanwhile, to know the dynamics of understanding of the Muqaddam of the Tariqah Tijaniyah against the four aspects above, the researchers conducted informal interviews to seven Muqaddam whose capacity in the field of tariqa Tijaniyah recognized by the people of Cirebon and surrounding areas.
The privilege of Shaikh Ahmad Tijani as the first guardian of potential and last guardian in human physical form is a pure knowledge, and the truth of that knowledge is unattainable to human reason. What happened to him, by the Muqaddam Tijaniyah recognized as the virtue (fad}al). So also, ethics members of Tijaniyah (ihwan Tijaniyah) against the rules that become his teachings, not always interpreted in a textual, but must be placed on the level of one's knowledge. In this position, according to the Muqaddam the Tariqah Order is to place an understanding at its level. So is the aspect of reward and sanction compensation. This study concluded that the peculiarity of the teachings of the Tijaniyah tariqa in these four aspects is a pure knowledge that cannot be reached by reason, and the knowledge that must be placed at the level of one's capacity.

Item Type: Thesis (Dr/PhD)
Uncontrolled Keywords: Tarekat Tijaniyah; Al-Khasa'is; Mursyid; Cirebon
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism > 297.45 Sufi ethics
Divisions: Program Pascasarjana > Program Doktor (S3) > 76003 - Studi Islam (S3)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 25 Jan 2021 04:41
Last Modified: 25 Jan 2021 04:41
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12098

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics