Pro kontra hasil rukyat Muhammad Inwanuddin

Soderi, Ridhokimura (2019) Pro kontra hasil rukyat Muhammad Inwanuddin. Masters thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of TESIS_1600028018_RIDHIKIMURA_SODERI]
Preview
Text (TESIS_1600028018_RIDHIKIMURA_SODERI)
TESIS_1600028018_RIDHIKIMURA_SODERI.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB) | Preview

Abstract

Berdasarkan catatan Kementerian Agama RI Muhammad Inwanuddin telah berhasil melihat hilal sebanyak 18 kali sejak tahun 2008, terutama di tiga bulan penting (Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah). Dalam melakukan rukyatul hilal Inwanuddin tidak menggunakan alat atau (teleskop) tetapi hanya dengan mata telanjang. Dengan ketinggian hilal yang terlihat mulai 2° dan bahkan di bawah 2°. Namun dari beberapa hasil rukyat tersebut masih timbul keraguan terkait objek yang diamati, apakah itu berupa hilal atau benda langit lainnya. Saat ini kesaksian hilal tidak bisa dipercaya hanya dengan pengakuan semata. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan kajian terhadap ketajaman mata Muhammad Inwanuddin dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1). Bagaimana ketajaman mata Muhamamd Inwanuddin 2). Mengapa mereka pro dan kontra terhadap hasil rukyat Muhammad Inwanuddin.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang telah peneliti kumpulkan diolah secara deskriptif, dengan menjabarkan lebih terperinci masalah mengapa mereka pro dan kontra, kemudian ditarik kesimpulan secara induktif terhadap pro dan kontra hasil rukyat Muhamamd Inwanuddin.
Kajian ini menghasilkan temuan, pertama bahwa hasil ketajaman mata Muhammad Inwanuddin berdasarkan tabel ketajaman mata yaitu 6/6, yang berarti dapat melihat huruf pada kartu snellen pada jarak 6 meter yang oleh orang normal dapat dilihat pada jarak 6 meter atau dengan sistem desimal yaitu 1.0, berdasarkan tabel efesiensi central dari hasil tersebut yaitu 100 %. Muhammad Inwanuddin tidak mengalami buta warna, tetapi mengalami mata tua yaitu presbyopia dengan bantuan jarak baca adisi S + sebesar + 1.25. Kedua, terjadinya pro dan kontra terhadap hasil rukyat Muhammad Inwanuddin. Pihak yang pro berpendapat bahwa ada faktor yang ikut berperan yang memengaruhi pengamat itu sendiri yaitu pengalaman. Kemampuan mata lebih baik dalam menapiskan cahaya latar belakang. Dalam menerima kesaksian hilal LFNU Gresik berpatokan pada kriteria imkanur rukyah MABIMS. Pihak yang kontra terhadap hasil rukyat mata telanjang Muhammad Inwanuddin LAPAN dan RHI meyakini hasil rukyat berdasarkan astronomis bukan dengan pengakuan semata. Kesaksian semata dipengaruhi kondisi psikis dari seorang pengamat. Hasil rukyat Muhammad Inwanuddin lebih banyak tidak sesuai dengan kriteria visibilitas internasional dan kriteria yang dibangun sendiri oleh LAPAN dan RHI. Kriteria LAPAN jika menggunakan alat minimal 3° dan elongasi 6.4° sedangkan mata telanjang minimal 5°. RHI menggunakan alat ketinggian hilal minimal 5° sedangkan mata telanjang minimal 11°.

ABSTRACT:

Based on the records of the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia Muhammad Inwanuddin has succeeded in seeing the hilal 18 times since 2008, especially in three important months (Ramadan Syawal and Dzulhijjah). In performing rukyatul hilal Inwanuddin does not use a tool or (telescope) but only with the naked eye. With the height of the hilal visible from 2 ° and even below 2 °. But from some of the results of the rukyat there are still doubts regarding the object being observed, whether it is a hilal or other celestial body. At present the testimony of the new moon cannot be trusted with mere confession. Based on this, it is necessary to study the sharpness of Muhammad Inwanuddin's eyes with the following problem formulation: 1). What is the sharpness of the eyes of Muhammad Inwanuddin 2). Why are they pros and cons of the Muhammad Inwanuddin rukyat results.
This type of research is field research. In this study researchers used data collection techniques, namely, observation, interviews and documentation. The data that the researchers have collected is processed descriptively, describing in more detail the problems why they are pro and contra, then inductively drawn conclusions on the pros and cons of the results of rukyat Muhamamd Inwanuddin.
This study yields findings, first, that the sharpness of Muhammad Inwanuddin's eyes based on eye sharpness table is 6/6, which means that he can see the letters on the snellen card at a distance of 6 meters which normal people can see at a distance of 6 meters or a decimal system 1.0, based on the table the central efficiency of the results is 100%. Muhammad Inwanuddin was not color blind, but had old eyes, namely presbyopia with the help of a reading distance of S + of + 1.25. Secondly, the occurrence of the pros and cons of the Muhammad Inwanuddin rukyat results. Pro parties argue that there are factors that play a role that influence the observer itself, namely experience. The ability of the eyes is better at filtering the background light. In accepting the testimony of the LFNU hilal Gresik based on the MABIMS rukyah immigration criteria. Those who contradict the naked eye rukyat results of Muhammad Inwanuddin LAPAN and RHI believe that rukyat results based on astronomy are not merely confessions. Testimony is only influenced by the psychological condition of an observer. The results of Muhammad Inwanuddin's rukyat were not in line with international visibility criteria and the criteria were built by LAPAN and RHI. The LAPAN criteria if using a tool of at least 3 ° and elongation of 6.4 ° while the naked eye is at least 5 °. RHI uses a tool of hilal height of at least 5 ° while the naked eye is at least 11 °.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Rukyatul hilal; Muhammad Inwanuddin
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 16 Feb 2021 01:33
Last Modified: 16 Feb 2021 01:33
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/12127

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics