Stunting merupakan indikasi kekurangan gizi kronis yang terjadi pada periode 1000 HPK (hari pertama kehidupan) yakni sejak balita berada di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Program pemerintah dalam menangani stunting sudah cukup banyak dan terstruktur. Namun demikian, kasus stunting masih banyak ditemui pada masyarakat dengan karakteristik sosial budaya apapun dan di daerah manapun termasuk di Desa Cranggang Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, per Juli 2020 persentase kejadian stunting di Desa Cranggang sebanyak 28,9 % dengan jumlah balita stunting 22 dari 76 balita usia 0-24 bulan. Permasalahan tersebut menjadi penting untuk diteliti karena banyak pihak yang menganggap bahwa stunting terjadi karena minimnya anggaran dan program-program peningkatan gizi, sedangkan di Desa Cranggang yang menjadi penyebab stunting justru konstruksi sosial dan pola pengasuhan pada balita stunting yang tidak sejalan dengan konstruksi tenaga medis karena adanya unsur kearifan lokal yang masih dipertahankan oleh masyarakat.
Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana pandangan masyarakat Desa Cranggang tentang stunting, bagaimana kearifan lokal sebagai significant others dalam pengasuhan balita stunting di Desa Cranggang, dan upaya pemerintah serta medis modern dalam mengonstruksi pemahaman masyarakat Desa Cranggang tentang stunting.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data diperoleh melalui metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data primer berupa data yang peneliti peroleh secara langsung dari hasil wawancara dengan informan tenaga kesehatan dan keluarga balita stunting, dan data sekunder peneliti peroleh dari dokumen yang dibutuhkan untuk melengkapi data penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Kejadian stunting di Desa Cranggang terkait erat dengan konstruksi sosial masyarakat yang memandang stunting sebatas “balita pendek” sebagai akibat dari faktor keturunan dan sebagai hal yang wajar, tidak berkaitan dengan permasalahan kesehatan. 2. Kearifan lokal tentang pola pengasuhan sejak masa kehamilan hingga pasca persalinan masih dipercaya secara turun-temurun oleh masyarakat Desa Cranggang, di antaranya Ibu hamil pantang mengonsumsi jenis makanan tertentu yang justru sangat dibutuhkan dalam pemenuhan gizi pada 1000 HPK, tidak memberikan ASI Esklusif, dan memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini. 3. Pemerintah dan medis modern berupaya mengonstruksi pemahaman masyarakat Desa Cranggang tentang stunting melalui sosialisasi dan intervensi gizi spesifik dan sensitif bahwasanya stunting merupakan permasalahan kesehatan balita yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis pada 1000 HPK. Pemahaman ini kontras dengan pengetahuan lokal masyarakat tentang stunting. Oleh karena itu, intervensi pencegahan dan penurunan stunting di Desa Cranggang perlu mempertimbangkan karakteristik sosial budaya dan kearifan lokal yang berlaku pada masyarakat setempat.