Sejak abad ke-16 bermunculan berbagai tafsir Nusantara yang dipengaruhi dengan beragam budaya, bahasa dan sosial, salah satunya kitab Tafsir al-Ibriz li Ma’rifat Tafsir al-Qur’an al-Aziz karya KH. Bisri Musthofa. Dalam tafsirnya KH. Bisri Musthofa menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab atau dikenal dengan tulisan Arab-pegon dengan corak pemikirannya yang kontekstual. Hal ini merupakan upaya pelestarian dan pembukuan terhadap bahasa Jawa yang hampir lenyap. Dilihat banyak bahasa khas lokal dari daerah Jawa yang mulai menghilang, namun jika diabaikan bahasa Jawa dalam ruang lingkupnya akan semakin sempit atau bahkan punah.
Penggunaan bahasa khas lokal dengan menerapkan penulisan Arab-pegon dalam Tafsi>r al-Ibri>z karya KH. Bisri Musthofa yang menarik untuk diteliti, sehingga penelitian ini menggunakan rumusan masalah: pertama, bagaimana vernakularisasi dalam Tafsi>r al-Ibri>z dari segi kebahasaannya. Kedua, bagaimana keterkaitan vernakularisasi KH. Bisri Musthofa dalam Tafsi>r al-Ibri>z dengan masyarakat Remabang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian library research, yaitu data-data yang digunakan diambil dari jurnal, buku, artikel, skripsi terdahulu ataupun jurnal ilmiah. Analisis yang digunakan deskriptif-analitis, gunanya untuk mendeskripsikan latar belakang KH. Bisri Musthofa dan Tafsi>r al-Ibri>z. Secara analisis, menemukan dan menjelaskan tentang vernakularisasi dalam Tafsi>r al-Ibri>z berdasarkan makna gandul, sehingga dapat menemukan vernakularisai dalam Tafsi>r al-Ibri>z sesuai dengan konteks yang melingkupinya.
Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan dengan keseluruhan bahwa, pertama, vernakularisasi dari segi bahasa dapat dilihat dengan tiga aspek, meliputi (1) serapan bahasa Arab, seperti yang terdapat dari beberapa ayat seperti kata haq, dzalim, hikmah, syukur, sabar, rahmat, taubat, fitnah, berkah dan laknat. (2) tatakrama bahasa, secara umum tatakrama bahasa dalam bahasa Jawa terdapat tahapan yang dikenal dengan kromo inggil, kromo madya dan kromo ngoko, hal ini selaras dengan Tafsi>r al-Ibri>z yang juga menggunakan tingkatan bahasa tersebut, seperti budek, picek, cangkem, nguntal, kanjeng, diparingi, mersani, ningali, nimbali, astane, pangerane, gusti dan kanjeng. (3) bahasa khas lokal, seperti lacut, poncoboyo, juwet-juwet, lumuh, mengleng, papeko, sajeng, semut pudak, lulub dan belumbang.Vernakularisasi ini secara umum mengungkapkan tentang bahasa lokalitas yang terjadi di masyarakat Jawa daerah pesisir pantai utara.
Kedua, Adapun keterkaitan vernakularisasi KH. Bisri Musthofa dalam tafsir al-Ibri>z dengan budaya masyarakat Rembang dengan melakukan pembahasa lokalan dalam tafsirnya tersebut merupakan bentuk upaya membumikan Al-Qur’an dengan mengaitkan unsur-unsur budaya dan tradisi masyarakat yang menjadi sasarannya. Dialektika antara bahasa khas lokal Jawa dengan Al-Qur’an sebagai media penafsiran Al-Qur’an dengan menggunakan bahasa Jawa dengan huruf Arab (Aksara-pegon) untuk mempermudah pembaca dan mengakses pemahaman-pemahaman Al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab.