Sihir dalam surat al Baqarah ayat 102 (studi komparatif Tafsīr Rawāi’ al-Bayān karya Muhammad Alī Al-Ṣābūnī dan Tafsīr Ahkām Al-Qur’ān karya Abū Bakar Al-Jaṣṣāṣ).

Hidayat, Muhammad Imaduddin (2022) Sihir dalam surat al Baqarah ayat 102 (studi komparatif Tafsīr Rawāi’ al-Bayān karya Muhammad Alī Al-Ṣābūnī dan Tafsīr Ahkām Al-Qur’ān karya Abū Bakar Al-Jaṣṣāṣ). Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo.

[thumbnail of Skripsi_Lengkap_1804026103_Muhammad_Imaduddin_Hidayat] Text (Skripsi_Lengkap_1804026103_Muhammad_Imaduddin_Hidayat)
Skripsi_1804026103_Muhammad_Imaduddin_Hidayat.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Sihir sebagai salah satu isi kandungan Al-Qur’an, memiliki kurang dari 50 ayat di dalamnya. Ragam pendapat terkait konsep dasar dan hukum sihir menarik penulis untuk melakukan penelitian terkaitnya. Atas dasar itu, penulis bermaksud mengkaji pendapat ‘Ali Al-Ṣābūni dan Abu Bakar Al-Jaṣṣāṣ dalam karyanya Rawāi’ Al-Bāyan dan Ahkām Al-Qur’ān yang memfokuskan penafsiran sihir melalui pembahasan bab yang tersendiri, terlebih corak penafsiran fikih yang digunakan oleh keduannya akan dirasa lebih mendukung terkait peninjauan hukum syariat pada sihir yang memiliki banyak sudut pandang, sehingga menimbulkan beberapa pokok masalah berupa, pertama penafsiran sihir dalam surat Al-Baqarah ayat 102, kedua perbedaan dan persamaan, ketiga kontekstualisasi pemaknaan sihir pada era modern perpesktif kedua kitab tafsir tersebut.
Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan metodologi penafsiran komparatif melalui analisis-deskriptif, penulis menjadikan Rawāi’ Al-Bāyan dan Ahkām Al-Qur’ān sebagai sumber data primer dan literatur-literatur kitab tafsir lain khususnya sebagai data pendukung di dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan penafsiran sihir dari kedua kitab tersebut yang berarti bentuk pengalihan atau sebuah khayalan dari hakikat sebenarnya yang kemutlakkan lafalnya mengakibatkan sihir menjadi sebuah hal yang tercela. Perbedaan dari penafsiran keduanya terletak saat menafsirkan sihir Babilonia yang mana menurut Ahkām Al-Qur’ān merupakan sihir yang menjadikan bintang-bintang sebagai tuhan mereka, berbeda dengan Rawāi’ Al-Bāyan yang hanya menisbatkan sihir tersebut kepada Harut Marut tanpa menjelaskannya secara meluas. Terkait hukum syariat sihir, terdapat beberapa persoalan, pertama hukum mempelajari dan mengajarkan sihir yang mana menurut jumhur ulama adalah haram dan sebagian Ahlusunah adalah boleh, kedua hukuman bagi pelaku sihir berupa sepakatnya para Imam mazhab yang menyatakan kafir dan berhak dibunuh kecuali mazhab Syafi’iyah yang membuatnya hanya sebagai pelaku kriminal (jinayat), ketiga kebenaran pengaruh sihir yang mana menurut Ahlusunah sihir memiliki pengaruh, lain halnya muktazilah yang menjadikan sihir hanya sebuah tipuan tanpa pengaruh sama sekali. Kemudian pemaknaan sihir dapat dikontekstualisasikan kepada beberapa fenomena seperti dukun santet, pawang hujan, dan pengobatan suwuk.
Sihir; Rawā’i Al-Bāyan; Ahkām Al-Qur’ān.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Sihir; Rawā’i Al-Bāyan; Ahkām Al-Qur’ān.
Subjects: 100 Philosophy and psychology > 130 Paranormal phenomena > 133 Parapsychology and occultism
200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith
200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76234 - Studi Agama-agama
Depositing User: Erica Visiyam
Date Deposited: 05 Dec 2022 10:15
Last Modified: 05 Dec 2022 10:15
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/18231

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics