Tulisan ini membahas mengenai pembacaan ayat kursi yang digunakan dalam tradisi Nyiwer Desa/mengelilingi desa. Tradisi ini telah lama dilestarikan oleh masyarakat warga Desa Tlogodowo, Wonosalam, Demak. Pencetus pertama adanya tradisi ini adalah Mbah Mussa yang memiliki inisiatif dalam melindungi desa dengan mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam skripsi ini penulis menyebutkan urutan prosesi Tradisi Nyiwer Desa mulai dari pembacaan pra tradisi, pembacaan saat tradisi dan pembacaan akhir tradisi. Penulis menggunakan studi living Qur’an dan menggunakan teori Karl Mannheim yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak lepas dari keadaan sosialnya. Dan menganalisis pemaknaan menggunakan tiga kategori yaitu makna objektif, makna ekspresif dan makna dokumenter. Pemaknaan ayat kursi yang digunakan dalam tradisi Nyiwer Desa ini sebagai bentuk ikhtiar dalam melindungi marabahaya. Dari apa yang sering kita jumpai sekarang, penggunaan dan pemaknaan ayat kursi sangat bermacam-macam ada yang mempercayainya sebagai penolak bala dari segala marabahaya baik fisik maupun mistik, ada yang menggunakan ayat kursi sebagai ruqiyah diri, bahkan ada pemaknaan ayat kursi untuk menghilangkan kefakiran. Oleh sebab itu penulis merasa perlu untuk mengkaji bagaimana pemaknaan pembacaan ayat kursi dalam tradisi Nyiwer Desa di Desa Tlogodowo, Wonosalam, Demak. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif deskriptif , data yang didapatkan dalam penulisan ini antara lain dari wawancara, observasi dan beberapa literatur lain seperti kitab, buku dan data yang berhubungan dengan pemaknaan dan penggunaan ayat kursi dalam tradisi.