Pemikiran Sayid Utsman Bin Yahya tentang visibilitas hilal dalam kitab Ĩqaẓ An-Niyam Fĩ Ma Yata‘Allaq Bi Al-Ahillah Wa Aṣ-Ṣiyam

Salsabila, Nazilah (2022) Pemikiran Sayid Utsman Bin Yahya tentang visibilitas hilal dalam kitab Ĩqaẓ An-Niyam Fĩ Ma Yata‘Allaq Bi Al-Ahillah Wa Aṣ-Ṣiyam. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1802046061_Nazilah Salsabila_Lengkap] Text (Skripsi_1802046061_Nazilah Salsabila_Lengkap)
1802046061_Nazilah Salsabila_Lengkap Tugas Akhir - Nazilah_ Salsabila.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (5MB)

Abstract

Dalam rangka menyatukan mazhab hisab dan mazhab ru’yah pemerintah memberi solusi dengan hisab Imkan ar-ru’yah (visibilitas hilal). Kriteria yang berlaku saat ini adalah pada ketinggian 70 dan elongasi 6,40. Ternyata pada akhir abad 18 M, di Indonesia ada seorang ulama karismatik sekaligus mufti, yang menetapkan bahwa visibilitas hilal adalah pada ketinggian 70. namun belum ada sumber yang jelas dari mana beliau mendapatkan anggitan visibilitas hilal sebesar 7 derajat. Dalam penulisan ini terdapat dua rumusan masalah, pertama bagaimana pemikiran Sayid Utsman tentang visibilitas hilal beserta dasarnya? dan kedua bagaimana pemikiran Sayid Utsman tentang visibilitas hilal dalam perspektif astronomi?
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data primer diperoleh dari kitab Ĩqaẓ an-Niyam fĩ ma yata‘allaq bi al-Ahillah wa aș-Ṣiyam dan data sekunder diperoleh dari tulisan-tulisan tentang kriteria Imkan ar-ru’yah Neo MABIMS, Audah, SAAO dan kriteria Imkan ar-ru’yah Ilyas serta tesis Iqnaul Umam as-Sidiqy. Adapun analisis datanya menggunakan metode analisis deskriptif.
Setelah melakukan penelitian dan analisis data, kesimpulan yang didapatkan pertama bahwa kata yang disebut Sayid Utsman dengan batas minimum untuk dapat melihat Hilal maksudnya sama dengan visibilitas hilal. Dalam menentukan visibilitas hilal Sayid Utsman menggunakan parameter ketinggian Hilal, yaitu pada ketinggian 7 derajat di sebagian keadaan dan 8 derajat pada keadaan yang lain tergantung pada nilai lintang Bulan, lintang tempat, elongasi Bulan-Matahari dan faktor cuaca pada saat ru’yah. Pemikiran visibilitas hilal Sayid Utsman didasarkan pada visibilitas yang telah berlaku lama saat itu serta mengikuti pendapat Imam Ali bin Qadhi dan Ibnu Hajar. Dan kedua bahwa kriteria ketinggian 7 derajat jika di bawa pada era sekarang sebenarnya bukanlah pada ketinggian 7 derajat, berdasarkan perbandingan sistem hisab Sayid Utsman dengan sistem hisab ephemeris. Dimana sistem hisab Sayid Utsman termasuk hisab Taqribi dan ephemeris termasuk hisab kontemporer.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Awal bulan kamariah; Visibilitas hilal; Sayid Utsman
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > 50202 - Ilmu Falak
Depositing User: Fahrurozi Fahrurozi
Date Deposited: 27 Feb 2023 09:47
Last Modified: 27 Feb 2023 10:08
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19293

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics