Memahami konsep manusia unggul versi Friedrich Nietzsche dan Muhammad Iqbal

Safii, Safii (2020) Memahami konsep manusia unggul versi Friedrich Nietzsche dan Muhammad Iqbal. SeAP (Southeast Asian Publishing), Semarang. ISBN 978-623-91981-2-1

[thumbnail of Safii - Memahami Konsep Manusia Unggul - SeAP 2020] Text (Safii - Memahami Konsep Manusia Unggul - SeAP 2020)
Safii - Memahami Konsep Manusia Unggul - SeAP 2020.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (3MB)

Abstract

Bagi Iqbal manusia adalah merupakan makhluk Tuhan yang diciptakan dalam dua dimensi, yaitu dimensi eksternal (fisik) dan internal (spiritual). Oleh sebab itu, diperlukan keseimbangan (moderasi) di antara keduanya untuk menumbuhkembangkan kekuatan yang secara potensial sudah berada di dalamnya.
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, semua manusia pada dasarnya adalah sama (equal). Adapun yang membedakan di dalam perkembangan selanjutnya yang dilegitimasi Islam adalah gradasi ketaqwaannya (obidience). Dan, untuk itu diperlukan berbagai instrumen, seperti: cinta, faqr, keberanian, toleransi, kasbi halal dan kreatifitas.
Sebagai konsekuensi dari tujuan Iqbal untuk menciptakan tipe manusia unggul yang diidealkannya, maka tujuan hidup manusia di dunia ini adalah beramal yang sebaik-baiknya (ahsan al-‘amal) serta dipenuhinya berbagai prasyarat seperti: taat kepada hukum, menguasai diri sendiri dan kekhalifahan ilahi
Bagi Nietzsche manusia bukan makhluk yang bersumber dari supernatural. Oleh sebab itu, yang penting dalam diri manusia adalah badannya dan bukan jiwanya. Sehingga kekuatan fisik sangat dibutuhkan bagi dirinya agar dapat tumbuh dan berkembang dengan lebih baik.
Berdasarkan kekuatannya, individu manusia terklasifikasi ke dalam dua kelompok, yaitu yang bermoral budak (herden moral) dan moral tuan (herren moral).
Sebagai konsekuensi dari keinginan Nietzsche untuk menciptakan tipe manusia unggul, maka tujuan hidup manusia itu tiada lain adalah untuk berkuasa. Di samping itu, harus memenuhi berbagai prasyarat, seperti: mengubah sistem nilai atas kemampuan sendiri dan mengenal diri sendiri.
Kedua tokoh tersebut di samping memiliki persamaan konsep tentu saja di dalamnya juga terdapat perbedaan. Persamaannya terletak dalam masalah dualitas manusia, etos kerja, faham dinamika, kekuatan, keberanian, teori evolusinya, tujuannya, untuk menciptakan tipe manusia unggul, dan kemampuan pribadi. Adapun perbedaannya adalah sumber kejadian manusia, klasifikasi manusia, kriteria nilai, cinta, faqr, toleransi, kasb-i halal (usaha yang halal), taat kepada hukum, kekhalifahan ilahi dan definisi manusia unggul.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Manusia unggul; Friedrich Nietzsche; Muhammad Iqbal
Subjects: 100 Philosophy and psychology > 120 Epistemology, causation, humankind > 128 Humankind
Divisions: Buku (Books)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 11 Apr 2023 01:23
Last Modified: 11 Apr 2023 01:23
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19664

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics