Studi komparasi pemikiran Suhrawardi dan Ibnu ‘Athaillah tentang manusia bidimensional

Labib, Mughnil (2022) Studi komparasi pemikiran Suhrawardi dan Ibnu ‘Athaillah tentang manusia bidimensional. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1804046113_Mughnil Labib_Lengkap] Text (Skripsi_1804046113_Mughnil Labib_Lengkap)
1804046113_Mughnil Labib_Lengkap Tugas Akhir - mughnilla.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

Pengetahuan dan persoalan yang sudah di ketahui secara luas namun tetap menjadi masalah yang menarik dan selalu aktual untuk di perbincangkan adalah tentang manusia. Pelaku utama sekaligus obyek dari kehidupan itu sendiri. Pandangan tentang manusia akan selalu menimbulkan perbedaan dan perdebatan, tidak hanya di dunia timur dan barat yang sering kita lihat persaingan rivalitas antar dua kubu, yaitu budaya timur yang meyakini adanya sisi spiritual atau ruhani dalam diri manusia, sedangkan barat dengan pandangan sekulernya menganggap religi telah menghambat manusia. Di dalam Islam sendiri pun terdapat beberapa perdebatan. Suhrawardi dan Ibnu ‘Athaillah adalah dua tokoh besar dalam sejarah Islam, dalam perjalanan intelektualnya keduanya menekuni dan mengkaji hakikat manusia. ‘Athaillah yang berlatar belakang sunni begitu berhati-hati dengan menjaga gagasannya agar tetap sunni. Sedangkan Suhrawardi nampak begitu berani menjelaskan manusia dari ontologis maupun epistimologis. Hal ini disebabkan Suhrawardi begitu banyak menggunakan filsafat dalam pemikirannya.
Eksistensi manusia menurut Suhrawardi adalah konsekuensi dari pancaran cahaya Tuhan. Dalam pandangannya, untuk mencapai hakikat eksistensi, manusia harus mendekat kepada sumber cahaya melalui daya intuisi dan filsafat yakni dimensi rasio. Sementara ‘Athaillah mengatakan manusia adalah gabungan antara alam malakut dan mulk. Manusia memiliki dua dimensi, namun dimensi malakut (ruhaniah) merupakan esensi dari manusia. Maka sudah seharusnya, manusia memenuhi kebutuhan-kebutuhan ruhani dengan jalan tazkiyat al-nafs yakni membersihkan jiwa melalui gerakan perilaku yang mulia dan terpuji.
Perbedaan yang terdapat dari pandangan kedua tokoh tentang manusia bidimensional adalah Suhrawardi meyakini materi manusia berasal dari kegelapan ia eksis disebabkan adanya pancaran cahaya Tuhan. Sedangkan‘Athaillah mengatakan manusia diciptakan dari dua unsur yang berbeda. Secara praktis keduanya memiliki perbedaan penekanan, Suhrawardi menenkankan pada aktivitas intelektual dan purifikasi, sementara ‘Athaillah pada aspek moral atau akhlak. Adapun persamaan pemikiran Suhrawardi dan ‘Athaillah, secara umum yang mejadi titik temu dari pemikiran kedua tokoh adalah ilmu keislaman seperti tasawuf dan filsafat timur. Misalnya dalam aspek tasawuf keduanya sama–sama di pengaruhi oleh al-Ghazali. Suhrawardi banyak di pengaruhi melalui karya al-Ghazali Misykatul Anwar. Dan ‘Athaillah berada pada satu mdzhab yang sama dengann al-Ghazali yakni tasawuf sunni. Secara umum persamaan kedua tokoh tidak jauh dari nilai aksiologi keislaman.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Suhrawardi; Ibnu Athaillah; Bidimensional; Tasawuf
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.4 Sufism > 297.45 Sufi ethics
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76236 - Tasawuf dan Psikoterapi
Depositing User: Fahrurozi Fahrurozi
Date Deposited: 13 May 2023 02:07
Last Modified: 14 Jun 2023 01:01
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/19890

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics