Masalah perkawinan anak hingga saat ini masih menjadi tema krusial karena secara faktual angka perkawinan anak dari tahun ke tahun masih terus melaju tinggi. Salah satu wilayah dengan angka perkawinan anak yang tinggi adalah Jawa Tengah. Dilihat dari sebarannya, kasus perkawinan anak ada di seluruh kabupaten/kota. Hal ini sangat memprihatinkan karena perkawinan anak memiliki dampak yang tidak sederhana, seperti kematian ibu melahirkan, stunting, tingginya angka perceraian, kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya.
Dalam perspektif agama, sesuatu yang menimbulkan madharat sebisa mungkin untuk dihindari. Hal ini dapat kita temui dalam salah satu kaidah fiqh dar’ul mafaasid muqaddamun alaa jalbil mashaalih. Melalui kaidah ini dapat diambil pemahaman bahwa, walaupun perkawinan bernilai maslahat yakni (salah satunya) dapat menyalurkan hasrat seks secara sah, namun perkawinan anak memiliki madharat yang lebih besar sehingga harus dihindari. Untuk menghindari madharat inilah perlu gerakan bersama dalam kerangka pencegahan perkawinan anak, juga penanganannya jika perkawinan anak sudah terjadi, yang dalam ini bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun perlu adanya gerakan sinergis dari berbagai pihak salah satunya tokoh agama.
Buku ini merupakan hasil dari penelitian yang mengupas peran tokoh agama dalam mencegah dan menangani perkawinan anak di Jawa Tengah, dengan harapan bahwa buku ini dapat memperkaya kajian-kajian sebelumnya, yaitu dari sisi peran tokoh agama.