Respons perukyat metode tradisional dan sains dalam keberhasilan rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan

Zahroya, Isyvina Unai (2022) Respons perukyat metode tradisional dan sains dalam keberhasilan rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Tesis_1902048010_Isyvina_Unai_Zahroya] Text (Tesis_1902048010_Isyvina_Unai_Zahroya)
Tesis_1902048010_Isyvina_Unai_Zahroya.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Rukyat al-hilāl yakni kegiatan mengamati bulan sabit pertama pada awal bulan Kamariah. Bagi kalangan saintis, mengamati bulan sabit pertama lebih baik menggunakan alat bantu optik dan dibantu dengan perhitungan untuk mempermudah melihat hilal yang sangat tipis. Namun terdapat kalangan ulama falak yang masih melestarikan cara tradisional yakni mengamati hilal tidak dengan bantuan alat optik atau dengan mata telanjang. Berdasarkan catatan Kementerian Agama RI Ahmad Asyhar Shofwan telah berhasil melihat hilal sebanyak 18 kali sejak tahun 2010, terutama di tiga bulan penting (Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah). Dalam melakukan rukyat al-hilāl , Ahmad Asyhar Shofwan tidak menggunakan alat atau (teleskop) tetapi hanya dengan mata telanjang dengan ketinggian hilal yang terlihat mulai 2 derajat. Namun dari beberapa hasil rukyat tersebut masih timbul keraguan antar kalangan saintis. Berdasarkan hal tersebut, pertanyaan yang ditimbulkan adalah: (1) Mengapa Ahmad Asyhar Shofwan selalu menggunakan mata telanjang dalam melakukan rukyat al-hilāl ? (2) Bagaimana respons perukyat metode tradisional dan sains dalam keberhasilan rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan ?.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan normatif dan bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yakni wawancara dan dokumentasi. Data yang telah peneliti kumpulkan diolah secara secara deskriptif. Selanjutnya akan disimpulkan secara deduktif terhadap keberhasilan Ahmad Asyhar Shofwan dalam melakukan kegiatan rukyat al- hilāl.
Kajian ini menghasilkan temuan, pertama bahwa: (1) Alasan Ahmad Asyhar Shofwan lebih memilih menggunakan matatelanjang pada saat rukyat al-hilāl adalah pandangan dirasa akan lebih leluasa ketika menggunakan mata telanjang dibandingkan dengan alat bantu optik. beliau memiliki teknik dalam pengamatan hilal yakni, melakukan hisab sehari sebelum rukyat al-hilāl. Hisab yang digunakan beliau dari kitab irsyadul murid, ritual keagamaan, menggunakan tiga titik acuan rukyat al-hilāl, dan menapiskan cahaya matahari. (2) rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan memiliki penilaian tersendiri dari perukyat metode tradisional dan sains. Pihak tradisional menilai bahwa rukyat al-hilāl memang seharusnya menggunakan mata telanjang, karena merujuk ajaran Nabi Saw. yang mengajarkan rukyat al-hilāl dengan mata telanjang dan rukyat yang dilakukan oleh Ahmad Asyhar Shofwan yakni berkategori rukyat al-hilāl bi al-fi’li, karena merukyat menggunakan mata telanjang dan hisab yang dilakukan adalah bersumber dari kitab Irsyadul Murid yang dilakukan oleh beliau adalah bentuk verivikasi dari hisab dan akan dikonfirmasi dengan rukyat al-hilāl. Sains memandang jika merukyat dengan mata telanjang akan lebih banyak risiko kegagalan yang terjadi karena bentuk hilal yang sangat tipis.

ABSTRACT:
Rukyat al-hilāl is the activity of observing the first crescent at the beginning of the lunar month. For scientists, it is better to observe the first crescent using optical aids and assisted with calculations to make it easier to see the very thin new moon. However, there are among the ulama who still maintain the traditional way of observing the new moon not with the help of optical devices or with the naked eye. Based on the records of the Indonesian Ministry of Religion, Ahmad Asyhar Shofwan has managed to see the new moon 18 times since 2010, especially in the three important months (Ramadan Shawwal and Dzulhijjah). In doing rukyat al-hilāl, Ahmad Asyhar Shofwan did not use a tool or (telescope) but only with the naked eye with the height of the new moon visible from 2 degrees. However, from some of the results of the rukyat, doubts still arise among scientists. Based on this, the questions raised are: (1) Why did Ahmad Asyhar Shofwan always use the naked eye in performing rukyat al-hilāl? (2) How did the traditional and scientific methods of the observer respond to the success of the rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan?
This type of research is field research with a normative and qualitative approach. In this study, researchers used data collection techniques, namely interviews and documentation. The data that the researchers have collected are processed descriptively. Furthermore, it will be concluded deductively on the success of Ahmad Asyhar Shofwan in carrying out rukyat al-hilāl activities.
This study resulted in findings, first that: (1) The reason Ahmad Asyhar Shofwan prefers to use the naked eye during rukyat al-hilāl is that the view is felt to be more flexible when using the naked eye compared to optical aids. he has a technique in observing the new moon, namely, doing reckoning the day before rukyat al-hilāl. The reckoning that he used was from the book of students' irsyadul, religious rituals, using three reference points of rukyat al-hilāl, and filtering the sun's light. (2) rukyat al-hilāl Ahmad Asyhar Shofwan has his own assessment of traditional and scientific methods of rukyat. Traditional parties consider that rukyat al-hilāl should indeed be done using the naked eye, because it refers to the teachings of the Prophet. who teaches rukyat al-hilāl with the naked eye and the rukyat performed by Ahmad Asyhar Shofwan is in the category of rukyat al-hilāl bi al-fi'li, because the rukyat uses the naked eye and the reckoning that is carried out is sourced from the book of Irsyadul Murid conducted by him is verification form of reckoning and will be confirmed by rukyat al-hilāl. Science views that if you survey with the naked eye there will be more risk of failure due to the very thin shape of the hilal.

Item Type: Thesis (Masters)
Uncontrolled Keywords: Rukyat al-hilāl; Ketajaman mata; Tradisional; Sains; Ahmad Asyhar Shofwan
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak)
Divisions: Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2)
Depositing User: Miswan Miswan
Date Deposited: 10 Jul 2023 07:50
Last Modified: 10 Jul 2023 07:50
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/20016

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics