Tafsir al-Munir adalah salah satu dari banyaknya kitab tafsir kontemporer yang terkenal di antara golongan masyarakat awam. Kebanyakan orang berasumsi bahwa Tafsir al-Munir pekat dengan corak fiqihnya yang memang secara tidak langsung kitab tersebut tidak lepas dari background yang dimiliki oleh seorang mufasir. akan tetapi dari sisi lain Wahbah al-Zuḥailī juga menyelipkan corak balāgah yang dalam penafsirannya jarang sekali orang memperhatikan apa yang tersirat dari aspek makna balāgah yang ditimbulkan. Surat Ar-Raḥmān ialah surat Al-Qur’ān yang dijuluki sebagai “Pengantin Al-Qur’an” serta surat yang di dalamnya memuat adanya pengulangan ayat sampai 33 kali. Oleh sebab itu, Penulis tertarik untuk mengkaji tentang bagaimana perspektif Wahbah al-Zuḥailī dalam menyisipkan aspek balāgah pada surat Ar-Raḥmān pada kitabnya Tafsir al-Munir dan penulis juga ingin mencari tahu implikasi dari aspek balāgah terhadap penafsiran Surat tersebut.
Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan studi literatur atau penelitian kepustakaan dengan analisis deskriptif. Sumber data yang didapatkan berdasarkan sumber primer berupa tafsir al-Munir dengan sumber pendukung berupa kitab-kitab atau buku-buku yang memiliki kaitan dengan skripsi ini, khususnya yang terkait balāgah. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa dalam surat Ar-Raḥmān mengandung aspek balāgah yang meliputi 3 uslub bahasa, yaitu bayān, ma’ānī dan badī’. Implikasi balāgah terhadap penafsiran Al-Qur’an adalah balāgah mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi makna tehadap ayat-ayat al-Qur’an. Adanya aspek balāgah dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah sebagai sarana untuk memahami makna rahasia dibalik ayat-ayat yang terkandung didalamnya. Sebagaimana dalam surat Ar-Raḥmān Allah ingin menunjukkan keagungan dan kekuasan ciptaan-Nya melalui rahmat yang diberikan kepada seluruh makhluk-Nya.