Makna tradisi Meron pada generasi milenial di Desa Sukolilo Kabupaten Pati dan relevansi dengan dakwah kultural

Amanda, Dhea Putri (2023) Makna tradisi Meron pada generasi milenial di Desa Sukolilo Kabupaten Pati dan relevansi dengan dakwah kultural. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.

[thumbnail of Skripsi_1901016076_Dhea_Putri_Amanda] Text (Skripsi_1901016076_Dhea_Putri_Amanda)
Skripsi_1901016076_Dhea_Putri_Amanda.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

Laju globalisasi mengubah dunia dalam banyak hal, tidak terkecuali dalam kegiatan dakwah. Pendekatan dakwah kultural cenderung kurang dilestarikan bahkan hingga terabaikan dalam arti sebatas dilaksanakan sebagai sebuah ritual, tanpa penghayatan atau pemaknaan terhadap substansi makna yang terkandung di dalamnya. Permasalahan yang menjadikan menarik ialah makna dakwah yang terkandung di dalam tradisi Meron mulai samar dan dapat dikatakan hanya sedikit pihak yang menyadarinya serta memahami adanya akulturasi budaya-Islam di dalamnya. Rumusah masalah terdiri dari: 1) Bagaimana pergeseran makna tradisi Meron pada generasi milenial di Desa Sukolilo Kabupaten Pati? 2) Bagaimana relevansi dakwah kultural terhadap tradisi Meron di Desa Sukolilo Kabupaten Pati?
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis terkait: 1) Pergeseran makna tradisi Meron pada generasi milenial di Desa Sukolilo Kabupaten Pati. 2) Relevansi dakwah kultural terhadap tradisi Meron di Desa Sukolilo Kabupaten Pati. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Data dianalisis menggunakan tiga tahap yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Meron mengalami pergeseran makna pada generasi milenial. Saat ini pertama, tradisi Meron hanya dimaknai sebagai: 1) Sarana hiburan untuk bersenang-senang, keberadaanya merupakan event tahunan yang dijadikan sebagai hiburan. 2) Tradisi Meron dimaknai sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar masyarakat setempat dan untuk meningkatkan sikap kegotongroyongan. 3) Generasi milenial memandang tradisi Meron sekedar kultur yang hanya dijadikan sebagai jati diri desa. Kedua, Relevansi dakwah kultural terhadap tradisi Meron dapat dilihat berdasarkan tujuan dan ciri-ciri dakwah kultural tersebut. Tujuan dakwah kultural adalah memperhatikan potensi masyarakat untuk melestarikan budaya lokal yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Maksudnya, dalam melaksanakan tradisi Meron diperbolehkan selama tidak bertentangan dan membahayakan masyarakat dan tentunya selalu berpegang pada pemahaman yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Selain itu, dakwah kultural mempunyai ciri-ciri dinamis, kreatif, dan inovatif, hal tersebut sejalan dengan tradisi Meron yang selalu berkembang ke arah yang lebih baik dan lebih Islami.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Uncontrolled Keywords: Dakwah kultural; Tradisi; Meron; Generasi Milenial
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.74 Dakwah
300 Social sciences > 306 Culture and institutions
300 Social sciences > 390 Customs, etiquette, folklore > 394 General customs
Divisions: Fakultas Dakwah dan Komunikasi > 70232 - Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
Depositing User: Muhamad irfan habibi
Date Deposited: 12 Aug 2023 07:36
Last Modified: 12 Aug 2023 07:36
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/20536

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics