Berstatus sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dengan perannya sebagai seorang ibu, istri, maupun anak, memiliki problem keimanan dan ibadah, juga memikirkan stigma dan penerimaan masyarakat menimbulkan rasa gelisah dan ketakutan tersendiri ketika menjalani masa hukuman. Bimbingan agama Islam menjadi cara untuk membentuk spiritual well-being (kesejahteraan spiritual) pada warga binaan pemasyarakatan (WBP).
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan model pembahasan deskriptif serta pendekatan fenomenologis dengan sumber data primer menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Tujuan peneritian ini adalah mendeskripsikan kondisi Spiritual Well-Being (Kesejahteraan Spritual) Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Di Lapas Kelas IIA Semarang dan mendeskripsikan pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Untuk Membentuk Spiritual Well-Being (Kesejahteraan Spiritual) Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang.
Hasil dari penelitian ini adalah 1) kondisi Spiritual Well-Being (Kesejahteraan Spritual) Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Di Lapas Kelas IIA Semarang yaitu pertama aspek meaning seperti; menganggap kasusnya tidak seberapa, menyalahkan diri sendiri, keberartian hidup bersumber dari keluarga sehingga cemas terhadap keluarga yang ditinggalkan. Kedua, aspek value yaitu memandam masalah dengan menangis, menghendaki segala keinginannya dipenuhi, menghawatirkan harta bendanya. Ketiga, aspek trancendental yaitu tidak mengerjakan shalat, enggan dipaksa ibadah, mengesampingkan belajar ilmu agama, tidak pernah membaca al-qur‘an. Keempat aspek connecting seperti: tidak suka diatur oleh orang lain, obrolannya memicu konflik, mengambil hak orang lain, serta enggan mengikuti kelompok pengajian. Kelima, aspek becoming seperti; terpengaruh pergaulan, mencari uang dengan cara yang haram, cemas dan takut tidak―diajeni‖ masyarakat 2) pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Untuk Membentuk Spiritual Well-Being (Kesejahteraan Spiritual) Pada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang menerapkan metode taklim/pengajian, bimbingan konseling Islam, metode BTQ, dan metode nashihah/pemberian nasihat, berserta materinya yang meliputi al-ibadah, mu’amalah, dan akhlak sehingga membentuk meaning: bersyukur dan belajar ikhlas menerima keadaan; value: optimis dan berprasangka baik; trancedental: mendirikan shalat, belajar ilmu agama, hafalan surat pendek, membaca al-qur‘an, serta memperbanyak dzikir; connecting : saling mengingatkan, menjaga lisan untuk menghidari konflik dengan sesama; serta aspek becoming : hidup prihatin dengan cara yang halal, niatan mendalami ilmu agama, kesiapan mengambil peran sebagai ibu bagi anaknya