Pembelaan terpaksa dapat dibenarkan selama terpenuhi syarat dan Batasan-batasannya, ia diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP. Sedangkan dalam hukum pidana Islam dikenal dengan daf’u as-sā’il, artinya pembelaan hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu, skripsi ini bertujuan untuk membandingkan konsep pembelaan terpaksa antara hukum positif dan hukum pidana Islam.
Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini yaitu penelitian kualitatif dengan data kepustakaan, setelah data terkumpul di analisis dengan metode deduktif. Skripsi ini menemukan dua temuan, pertama, noodweer dapat dijadikan sebagai alasan pembenar, tetapi bukan alasan yang membenarkan, melainkan seseorang yang terpaksa melakukan tindak pidana dapat dimanfaatkan karena terjadi pelanggaran hukum yang mendahului perbuatan itu. Dalam hukum Islam dinamakan dengan daf’u as-sā’il yaitu upaya yang dilakukan seseorang dalam melindungi jiwa, kehormatan dan harta benda dari ancaman orang lain. pembelaan boleh dilakukan apabila memenuhi syarat yang ditentukan. Kedua, Persamaan konsep pembelaan terpaksa antara KUHP dan hukum pidana Islam terdapat pada hukum melakukan pembelaan dan syarat-syarat pembelaan. Sedangkan perbedaan antara KUHP dan hukum pidana Islam yaitu pada ruang lingkup pengertiannya, dalam hal pembelaan diri yang ditujukan untuk menghentikan serangan.