Sistem Fros adalah bahasa yang diciptakan oleh sekelompok agen dan para pedagang ikan yang artinya mencampur pejantan dan betina menjadi satu wadah dan satu harga. Sistem Fros ini bisa ada karena beberapa alasan yang kuat, sehingga sistem Fros ini tetap eksis hingga sekarang dikarenakan adanya unsur fleksibilitas pada penjual dan pembeli. Alasan para pedagang menggunakan sistem Fros ini adalah karena semua pedagang meminimalkan tempat yang ada, dan mereka tidak hanya fokus berjualan satu model ikan saja, tetapi juga beberapa jenis ikan lainnya. Ada beberapa pembeli yang mempermasalahkan jual beli ikan hias ini dengan sistem Fros dikarenakan ada pembeli yang sekalian menjadikan ikan itu sebagai ladang yang menguntungkan dengan cara ternak ikan tersebut lalu dijual kembali. Berdasarkan latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu bagaimana praktik jual beli ikan hias dengan sistem Fros di pasar ikan hias dan bagaimana tanggapan Hukum Islam mengenai praktik jual beli ikan hias dengan sistem Fros.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berjenis yuridis sosiologis. Adapun sumber datanya berasal dari data primer berupa wawancara dengan para pedagang di pasar ikan hias Canasta Johar dan data sekunder berupa dokumen-dokumen seperti buku, jurnal, dan hasil penelitian. Adapun Teknik pengumpulan data dengan melakukan observasi dan mengamati langsung terhadap para penjual dan pembeli dan meggunakan metode wawancara secara langsung dengan para penjual dan pembeli ikan hias di pasar ikan Canasta Johar.
Berdasarkan analisis yang dilakukan menggunakan tinjauan hukum islam, praktik jual beli dengan sistem Fros dalam jual beli ikan hias di pasar ikan Canasta Johar termasuk kegiatan yang dibolehkan menurut hukum Islam, karena praktik tersebut sudah menjadi tradisi (‘Urf) para penjual ikan hias, dan pembeli pun juga tidak merasa dirugikan atas hal itu.