Buku ini menggambarkan lembaga-lembaga wakaf uang di Indonesia dan cara kerjanya pasca lahirnya UU Perwakafan no: 41/2004 dan PP no: 42/2006. Buku ini membedah implementasi undang-undang itu yang merupakan perkembangan penting dan maju bagi sejarah perwakafan di Indonesia. Selama ini, perwakafan di Indonesia cenderung konsumtif. Melalui perundangan itu, negara mengubahnya menjadi produktif. Bagi masyarakat Indonesia, wakaf uang merupakan sebuah praktik wakaf yang belum populer mengingat adanya perdebatan di kalangan para ahli terkait keabsahannya. Padahal, potensi wakaf uang di negeri cuilan surga ini amatlah besar. Memang dalam sejarahnya, wakaf uang mengalami pro dan kontra terutama di kalangan para penganut mazhhab Syafi’i. Namun dalam perkembangannya, perdebatan itu sudah berakhir karena secara faktual, manfaat wakaf uang jauh lebih besar daripada madharatnya. Salah satu manfaat wakaf uang, seperti yang pernah diungkap KH. Tholhah Hasan (Kepala BWI pertama), “Wakaf tanah hanya untuk yang mampu, sedangkan wakaf uang, siapa saja dan tidak perlu menunggu kaya (dapat melakukannya).” Buku ini juga menggambarkan bahwa wakaf uang bila dikelola secara benar akan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk membangun negeri tercinta ini.