Salah satu instrumen pasar modal yang sedang marak saat ini yaitu saham. Hal itu terbukti dengan terus bertambahnya jumlah investor hingga 4.002.289 investor. Maraknya instrumen ini bermula sejak awal pandemi COVID 19, yang pada saat itu terdapat kebijakan PPKM dan PSBB sehingga membatasi masyarakat untuk melakukan mobilitas di luar rumah terutama dalam bekerja. Dengan dalih tidak adanya pemasukan pada saat pandemi, masyarakat mulai menemukan peluang untuk mencari pendapatan melalui bursa saham. Peluang tidak hanya didapatkan oleh para masyarakat, namun juga bagi para oknum untuk menjebak orang-orang yang baru terjun di bursa saham, salah satunya dengan praktik pump and dump.
Permasalahannya adalah, bagaimana tinjauan hukum ekonomi syari’ah terhadap praktik Pump And Dump di pasar saham. Penelitian ini termasuk penelitian normatif empiris, menggunakan jenis penelitian lapangan atau field research. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus yang terdapat pada pasar saham di Indonesia saat ini yang dianalisis oleh peneliti berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskkan menggunakan perpaduan bahan hukum, baik primer, sekunder maupun tersier. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara semi terstruktur, observasi partisipatoris, dan dokumentasi.
Penelitian ini menghasilkan satu temuan. Yaitu praktik Pump and Dump yang terjadi dalam saham dan instrumen pasar modal lainnya dalam perspektif hukum ekonomi syariah pada dasarnya telah memenuhi syarat dan rukun jual beli. Namun terdapat unsur terlarang dalam jual beli tersebut yaitu adanya indikasi pengelabuan berupa najasy dan ikhtikar dalam praktik tersebut yang dapat merugikan pelaku pasar lainnya, sehingga mengakibatkan berubahnya hukum transaksi tersebut dari halal menjadi haram.