Pendapat Ibn Hazm tentang pelaksanaan hukuman hadd bagi orang sakit

Arifin, Syamsul (2016) Pendapat Ibn Hazm tentang pelaksanaan hukuman hadd bagi orang sakit. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of 112211055.pdf]
Preview
Text
112211055.pdf - Accepted Version

Download (2MB) | Preview

Abstract

Dalam pandangan ulama madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Hanbali, pelaksanaan hukuman hadd bagi orang sakit mempunyai
dua kategori, pertama yaitu jika sakit yang diderita adalah ringan,
maka pelaksanaan hukuman ditunda sampai orang yang akan dihukum
tadi sembuh dari sakitnya. Kedua, jika sakitnya parah dan sulit
diharapkan untuk sembuh, maka pelaksanaan hukumannya
disegerakan. Sedangkan menurut pandangan Ibnu Hazm keadaan sakit
tidak bisa mempengaruhi ditundanya suatu hukuman hadd. Baik itu
sakit yang ringan ataupun parah tidak ada perbedaanya, pelaksanaan
hukuman tetap harus disegerakan. Dari latar belakang masalah
tersebut, memunculkan dua rumusan masalah yaikni bagaimana
pemikiran Ibnu Hazm tentang pelaksanaan hukuman hadd bagi orang
sakit dan bagaimana istinbath hukum pemikian Ibnu Hazm tentang
pelaksanaan hukuman hadd bagi orang sakit.
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah metode penelitian kualitatif berbasis kepustakaan dengan
sumber data primernya kitab al-Muhalla. Dan sumber data
sekundernya berasal dari buku maupun sumber tertulis lainnya selain
sumber primer yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Hasil yang didapatkan dai penelitian ini adalah bahwasannya
pendapat Ibnu Hazm tentang pelaksanaan hukuman hadd bagi orang
sakit yaitu, hukuman bagi orang sakit pelaksanaannya harus
disegerakan, baik kondisi sakitnya ringan ataupun parah. Namun
hukumannya disesuaikan dengan keadaan dan ketahanan tubuh orang
yang akan dihukm tersebut. Alasannya yang petama adalah dengan
menaati perintah Allah yaitu besegera dalam meminta ampunan,
dalam hal ini hukuman hadd adalah jalan meminta ampunan Allah.
Alasan kedua adalah argumen aqly Ibnu Hazm yang mengatakan
bahwa jika seseorang yang sakit ditunggu, maka akan terjadi
ketidakpastian penundaan yang jelas. Karena tidak ada yang
menegetahui kapan suatu penyakit akan sembuh. Meskipun menurut
Ibnu Hazm hukuman disegerakan bagi oang sakit, namun Ibnu Hazm
tetap memepertimbangkan keselamatan dan kekuatan seseorang yang
akan dihukum. Sehingga orang yang sakit hukumannya diringankan sesuai keadaannya. Dengan demikian hukuman hadd akan berjalan
dengan lancar tanpa ada penundaan waktu yang tidak jelas, dan tidak
memberatkan sampai melampaui batas bagi yang dihukum. Secara
procedural penentuan hukum dalam Islam, istinbath hukum yang
dilakukan oleh Ibnu Hazm dalam masalah ini telah sesuai dengan
menempatkan tata urut al- Qur’an, Sunnah, serta ijma’. Sedangkan
perbedaan dalam penggunaan Sunnah dan ijma’, di mana dalam
istinbath hukumnya Ibnu Hazm tidak menggunakan sunnah dan ijma,
cenderung dikarenakan perbedaan pemaknaan sunnah dan ijma’ antara
Ibnu Hazm dengan ulama-ulama pada umumnya.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Additional Information: Pembimbing: Drs. H. Miftah A.F., M. Ag.; Dr. H. Tolkhatul Khoir, M. Ag.
Uncontrolled Keywords: Hukum pidana Islam; Hadd; Sakit
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.27 Islam and social sciences > 297.272 Islam and politics, fundamentalism
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > 74231 - Hukum Pidana Islam
Depositing User: Nur Rohmah
Date Deposited: 15 Sep 2016 00:20
Last Modified: 15 Sep 2016 00:20
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/5731

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics