Sejalan dengan perkembangan perekonomian modern, objek zakat tidak lagi secara langsung hanya masuk pada suatu bagian tertentu secara jelas dan pasti, misalnya masuk pada objek zakat pertanian saja, atau zakat perdagangan saja, atau hanya pada zakat peternakan saja. Akan tetapi sering terjadi tumpang tindih antara yang satu dan lainnya. Di wilayah Kecamatan Patean Kabupaten Kendal terdapat beberapa masyarakat yang sebagian berprofesi sebagai perternak sekaligus pedagang hasil ternak. Wilayah ini merupakan wilayah 98% beragama Islam. Komoditi hasil ternak di wilayah ini cukup produktif, sehingga hasil yang didapatkan dari pengolahan ternak mereka menjadi salah satu komoditi perdagangan di wilayah Kecamatan Patean. Dari asumsi inilah peneliti ingin melakukan sebuah penelitian tentang zakat perniagaan dari hasil peternakan ayam petelur dengan menggali pemahaman dari para peternak sekaligus pedagang hasil ternak di Kecamatan Patean tentang kewajiban berzakat atas hasil ternak itu dan bagaimana proses penunaian zakatnya dilakukan. Selain itu, peneliti juga ingin mengetahui bagaimana tinjauan hukum Islam tentang pelaksanaan zakat ternak telur ayam yang ada di wilayah tersebut.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang juga disebut dengan penelitian kasus (case study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan masyarakat yang mempunyai peternakan ayam petelur yang ada di kecamatan Patean kabupaten Kendal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sumber data penelitian ini terdiri atas dua jenis sumber data, yaitu sumber data primer yaitu berupa data langsung yang diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada para peternak ayam petelur yang ada di kecamatan Patean, dan data sekunder yaitu data yang tidak didapatkan secara langsung oleh peneliti tetapi diperoleh dari atau pihak lain dalam pelaksanaan zakat ini, seperti tokoh masyarakat dan ulama yang ada di kecamatan Patean.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa zakat peternakan ayam petelur diwajibkan mengeluarkan zakat jika sudah mencapai 2 hal yaitu nishab dan haul. Nishab pada peternakan ayam petelur tidak diterapkan berdasarkan jumlah (ekor), sebagaimana halnya sapi, dan kambing. Tapi dihitung berdasarkan skala usaha. Nishab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 Dinar (1 Dinar = 4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas. Pelaksanaan zakat peternakan ayam petelur yang dilakukan oleh masyarakat di kecamatan Patean tersebut jika ditinjau dari hukum Islam, yang dapat dilihat dari segi rukun dan syarat akad maka masih ada hal yang perlu diperhatikan seperti nisab dan haul. Pelaksanaan zakat peternakan ayam petelur di kecamatan Patean masih kurang sesuai dengan anjuran Islam. Karena walaupun para peternak sudah melaksanakan zakat tetapi mereka asal ikut dan bisa dibilang latah dengan oang-orang sekitar yang sudah melaksanakan zakat di daerah mereka tanpa mengetahui dasar hukumnya baik menurut Undang-undang maupun menurut hukum Islam. Hal ini disebabkan karena pemahaman masyarakat kecamatan Patean tentang agama khususnya zakat peternakan ayam petelur.