Persepsi santri Pondok Tahfidz di Semarang terhadap hadis tentang larangan atau diperbolehkannya membaca Al-Qur’an pada saat haid

Khotimah, Anik (2016) Persepsi santri Pondok Tahfidz di Semarang terhadap hadis tentang larangan atau diperbolehkannya membaca Al-Qur’an pada saat haid. Undergraduate (S1) thesis, UIN Walisongo.

[thumbnail of COVER.pdf]
Preview
Text
COVER.pdf - Accepted Version

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB I.pdf]
Preview
Text
BAB I.pdf - Accepted Version

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB II.pdf]
Preview
Text
BAB II.pdf - Accepted Version

Download (2MB) | Preview
[thumbnail of BAB III.pdf]
Preview
Text
BAB III.pdf - Accepted Version

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB IV.pdf]
Preview
Text
BAB IV.pdf - Accepted Version

Download (1MB) | Preview
[thumbnail of BAB V.pdf]
Preview
Text
BAB V.pdf - Accepted Version

Download (962kB) | Preview
[thumbnail of DAFTAR PUSTAKA.pdf]
Preview
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf - Bibliography

Download (995kB) | Preview
[thumbnail of LAMPIRAN.pdf]
Preview
Text
LAMPIRAN.pdf - Supplemental Material

Download (1MB) | Preview

Abstract

Seseorang yang selalu berinteraksi dengan al-Qur’an, yakni dengan mengimaninya, menerapkan tajwīd dan makhrāj dalam membacanya, mendengarkan, menghafalkan, memahami maknanya, ataupun mengamalkannya dengan menjadikannya sebagai pedoman dan ḥujjah dalam kehidupannya, maka ia akan mendapatkan keutamaan di sisi Allah baik di dunia maupun di akhirat. Namun, wanita tidak bisa selalu berinteraksi dengan al-Qur’an bahkan hanya sekedar untuk membacanya, karena tidak bisa dipungkiri dalam satu bulan wanita harus mengalami menstruasi atau haid. mengapa demikian? Sebab, menurut beberapa kalangan seseorang yang sedang haid tidak diperbolehkan menyentuh al-Qur’an ataupun membacanya, bahkan ada pula yang mengharamkan. Berbicara tentang haid, banyak sekali ketentuan dan larangan yang dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih yang berlandaskan pada al-Qur’an dan hadis, akan tetapi ada beberapa hal yang kurang dipahami dan diperhatikan oleh sebagian wanita, diantaranya larangan atau kebolehan membaca al-Qur’an saat haid. Begitupula persepsi santri pondok tahfidz di Semarang. Maka bagi penulis, hal ini sangat penting untuk diteliti.
Dengan rumusan masalah, Pertama, pemahaman santri pondok tahfidz di Semarang terhadap hadis tentang larangan atau diperbolehkannya membaca al-qur’an pada saat haid. kedua, implementasi pemahaman santri santri pondok tahfidz di Semarang terhadap hadis tentang larangan atau diperbolehkannya membaca al-qur’an pada saat haid. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah field research, dengan pendekatan survei.Sumber-sumber datanya diperoleh dari santri pondok tahfidz di Semarang dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan Observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan analisis data di lapangan model interaktif Miles dan Huberman yaitu aktivitas dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, kemudian direduksi setelah itu adanya penyajian data dan terakhir menarik kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan penelitian, kesimpulan dari penelitian ini dalam memahami hadis larangan dan kebolehan membaca al-Qur’an saat wanita haid santri pondok tahfidz di Semarang, umumnya memahami hadis secara tekstual. Sebagian santri yang lain lebih memahami hadis secara kontekstual. Santri pondok tahfidz di Semarang sejatinya sesuai dalam memahami hadis larangan maupun kebolehan membaca al-Qur’an tanpa adanya kontradiksi maupun pertentangan dalam pemahaman diantara mereka, karena kebolehan membaca al-Qur’an hanya diperbolehkan jika adanya suatu 'illat yaitu penghafal al-Qur’an atau pengajar dan lain sebagainya. Jadi pada hakikatnya sepakat tidak diperbolehkan membaca al-Qur’an pada saat haid. Sedangkan implemementasi pemahaman terbagi menjadi 2 kategori; Pertama, membaca al-Qur’an didalam hati, implementasi ini sesuai dengan ketentuan dan tanpa ada ikhtilaf dikalangan ulama.. Membaca al-Qur’an dalam hati diimplementasikan dengan berbagai cara seperti mendengar murattal, atau mendengar teman yang sedang muraja'ah. Namun, jika dalam kondisi tertentu seperti Khatmīl Qur’ān maka diperbolehkan membaca al-Qur’an dengan lisan (bersuara). Kedua, membaca al-Qur’an dengan lisan (Bersuara) maka dikembalikan kepada Qiyas jika (Sekiranya dengan alasan lupa itu amat Nadhir “Tidak terlalu dikhawatirkan) maka diperbolehkan.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Additional Information: Pembimbing: Mundhir, M. Ag.; H. Ulin Niam Masruri, Lc., MA.
Uncontrolled Keywords: Membaca al-Qur'an; Haid; Studi teks hadits
Subjects: 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.125 Hadits > 297.1251 Study of Text of Hadith
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76231 - Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Depositing User: Nur Rohmah
Date Deposited: 14 Jun 2017 02:30
Last Modified: 14 Jun 2017 02:30
URI: https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6991

Actions (login required)

View Item
View Item

Downloads

Downloads per month over past year

View more statistics