Penafsiran kata jahiliyah dalam Al-Qur’an menurut pandangan Hamka dan Sayyid Quthb dan implementasinya dengan konteks saat ini : studi komparatif antara Tafsῑr Al-Azhar dan Tafsῑr Fῑ Ẓhilᾶlil Qur’ᾶn
Yamani, Ahmad Zakky (2019) Penafsiran kata jahiliyah dalam Al-Qur’an menurut pandangan Hamka dan Sayyid Quthb dan implementasinya dengan konteks saat ini : studi komparatif antara Tafsῑr Al-Azhar dan Tafsῑr Fῑ Ẓhilᾶlil Qur’ᾶn. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
SKRIPSI FULL.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (3MB) | Preview
Abstract
Masyarakat Arab sebelum datangnya Islam menyebutnya dengan jahiliyah yang berarti ketidaktahuan, kebodohan, dan kerusakan moral. Secara umum bahwa jahiliyah berarti ketidaktahuan akan petunjuk dari tuhan karena kepercayaan mereka akan adanya tuhan lain selain Allah yang bisa memberi manfaat dan maslahat kepada masyarakat Arab pra-Islam. Pada saat itu bangsa Arab masih menyembah dan memuja berhala mereka seperti Latta, Uzza, Mannat dan Hubbal. Mufassir memiliki cara pandang yang berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan jahiliyah yang terdapat dalam al-Qur’an yakni QS. Al-Imran (154): 3, Q.S al-Maidah (50): 6, QS. Al-Ahzab (33): 33 dan QS. Al-Fath (46): 26. Diantara mufassir itu yakni Hamka dengan tafsirnya Al-Azhar dan Sayyid Quthb dengan tafsirnya Fῑ Ẓhilᾶlil Qur’ᾶn, yang keduanya adalah generasi mufassir kontemporer yang memiliki corak dan pemikiran yang berbeda dalam menafsirkan ayat-ayat khususnya yang terkait tentang jahiliyah.berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan memfokuskan 2 persoalan, yaitu 1) bagaimana penafsiran makna jahiliyah menurut Hamka dan Sayyid Quthb, 2) bagaimana implementasi makna jahiliyah dengan konteks kehidupan saat ini?.
Penelitian ini merupakan Penelitian kepustakaan. Data dalam penelitian ini di peroleh dari tafsir Al-Azhar karya Hamka dan Fῑ Ẓhilᾶlil Qur’ᾶn karya Sayyid Quthb,dan beberapa buku yang berbicara masalah jahiliyah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif. Setelah sumber data terkumpul, dibaca, ditelaah, dipahami, dipelajari, lalu dianalisis secara deskriptif analitik komparatif melalui proses pemikiran induktif.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penafsiran ayat-ayat di atas menurut Hamka bahwa jahiliyah itu terjadi pada zaman dahulu saja sebelum datangnya Islam ditanah Arab sedangkan Sayyid Quthb sangat luas sekali ketika menafsirkan dan memaknai jahiliyah, menurut Sayyid Quthb jahiliyah tidak hanya terjadi dahulu saja mungkin saat ini pun bisa dikatan jahiliyah bahkan juga hari esok pun bisa dikatakan jahiliyah. Cakupan jahiliyah tidak hanya terjadi pada zaman pra Islam saja, karena ketika memang saat ini masih ada tradisi yang sama seperti halnya kaum jahiliyah, maka tidak menutup kemungkinan sekarang juga bisa di namakan jahiliyah meski sudah zaman modern dan maju. Maka sangatlah tepat sekali apabila konteks zaman sekarang peran jahiliyah yang diwarisi oleh orang-orang dahulu masih membekas dan tidak sedikit dari masyarakat Indonesia masih melestarikan budaya jahiliyah yakni mempercayai akan adanya mitos, sesuatu yang gaib dan hal yang berbau mistis, tapi tidak menjadi problem yang cukup serius selagi itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Jahiliyah; Tafsir Alquran |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.1 Sources of Islam > 297.12 Al-Quran and Hadith > 297.122 Al-Quran > 297.1226 Interpretation and Criticism |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin dan Humaniora > 76231 - Ilmu Al-Quran dan Tafsir |
Depositing User: | Maulana Handy |
Date Deposited: | 30 Dec 2019 01:22 |
Last Modified: | 17 Nov 2021 07:10 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/10345 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year