Pada mulanya, awal waktu salat ditentukan dengan menggunakan metode rukyat, akan tetapi kini metode itu sudah mulai ditinggalkan oleh beberapa kalangan karena munculnya metode lain yang lebih mudah yaitu hisab yang berarti menentukan awal waktu salat dengan cara menghitung posisi matahari sesuai yang dijelaskan syar’i berdasarkan peredarannya. Seiring berkembangnya zaman dan iptek, dan juga sikap ketergantungan manusia akan sesuatu yang sifatnya instan dan praktis, maka muncullah aneka software ataupun jadwal waktu salat sepanjang masa yang dibuat oleh para ahli falak. Diantara semua jadwal waktu salat abadi yang pernah ada, terdapat Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoéddin Djambek yang dibuat pada tahun 1966 M dan diterbitkan pada tahun 1974 M. Pedoman tersebut adalah satu-satunya pedoman yang tertua dan beredar luas di masyarakat. Selain itu, pedoman tersebut juga memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah; menyajikan jadwal waktu salat untuk daerah dengan lintang 2˚ LU sampai 10˚ LS, dan bisa digunakan untuk menghitung semua waktu salat yang ada di seluruh Indonesia bahkan Malaysia bagian barat. Dengan digunakannya data deklinasi matahari dan equation of time tahun 1966 M, penulis ingin mengetahui akurasi Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan metode library research dengan sumber primer berupa buku Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoéddin Djambek, sedangkan sumber sekundernya adalah buku-buku yang berkaitan dengan hisab waktu salat Saādoéddin Djambek. Untuk memperoleh hasil analisis yang tajam, penulis menggunakan teknik deskriptif analitis verifikatif. Dimana setelah semua data terpaparkan, penulis juga menguji kebenaran jadwal waktu salat tersebut dengan melihat fakta alam saat menunjukkan pertanda awal waktu salat yang lima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode hisab yang digunakan Saādoéddin Djambek dalam pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa tergolong pada hisab kontemporer meskipun dibuat pada tahun 1966 M. Karena dalam proses perhitungannya Saādoéddin Djambek sudah mempertimbangkan banyak hal (refraksi, dip, semi diameter matahari dan ketinggian tempat). Selisih antara hisab kontemporer dengan jadwal waktu salat sepanjang masa karya Saādoéddin Djambek hanya sebesar 1 menit itupun tidak terjadi pada semua waktu salat. Selain itu, hasil observasi penulis membuktikan adanya keselarasan yang terjadi antara Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa karya Saādoéddin Djambek dan fakta alam yang menjadi tanda awal waktu salat. Sehingga bisa dikatakan bahwa Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa tersebut tergolong akurat dan bisa dijadikan pegangan oleh masyarakat luas dalam menjalankan ibadah.