Penentuan awal bulan kamariah merupakan suatu hal yang penting bagi umat Islam dan dibutuhkan ketepatannya, sebab pelaksanaan ibadah dalam ajaran Islam banyak dikaitkan dengan penanggalan ini. Penentuan tersebut sering menimbulkan polemik dan perbedaan yang berdampak kepada integritas umat Islam di Indonesia. Salah satu kelompok keagamaan yang selalu berbeda penentuan awal bulan kamariahnya dengan ketetapan pemerintah adalah tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang. Permasalahan perbedaan penentuan awal bulan kamariah ini selalu menarik dikaji dari berbagai aspek, khususnya pada bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Seringkali timbul pertanyaan di kalangan masyarakat ketika terjadi perbedaan dalam penentuannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode hisab rukyah penentuan awal bulan kamariah dalam perspektif tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang dan untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang sehingga mempertahankan prinsip hisab rukyahnya dalam penentuan awal bulan kamariah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang berupaya mengungkap permasalahan penentuan awal bulan kamariah dalam perspektif tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang, sehingga penelitian ini dapat dikategorikan dalam jenis penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara, dokumentasi dan observasi. Data-data tersebut dianalisis dengan metode deskriptif-analitik, yaitu dengan menggambarkan keadaan sosial-kultural masyarakat di Kota Padang terkait hisab rukyah penentuan awal bulan kamariah di Indonesia dan menggambarkan pemikiran hisab rukyah tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang. Setelah semua data terkumpul dan dijabarkan, kemudian penulis menganalisisnya dengan metode fenomenologis.
Penelitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, metode hisab rukyah penentuan awal bulan kamariah yang digunakan oleh tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang ada tiga, yaitu dengan menggunakan Almanak Hisab Munjid, hitungan lima dan melihat Bulan. Untuk menentukan awal bulan kamariah yang berkaitan dengan ibadah umat Islam –Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah- tarekat Naqsabandiyah menggunakan Almanak Hisab Munjid. Kedua, latar belakang tarekat Naqsabandiyah masih menggunakan prinsip hisab rukyah ini karena 3 faktor, yaitu faktor budaya dan historis, kepercayaan dan fanatik yang berlebihan terhadap guru atau mursyid.