Sikap tawadhu merupakan sikap yang memelihara pergaulan dan hubungan dengan manusia. Sehingga dengan menunjukkan sikap tawadhu, seseorang dapat dihargai dan disenangi dengan keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun tempat ia berada. Santri yang berada dimasa remaja, perilaku mereka masih butuh di bimbing. Tawadhu sebagai tujuan supaya para santri mampu menjadikannya sebagai kebiasaan dalam interaksi, menghadap Kyai, menghormati guru/ustadz, menghargai teman, dan menerapkan budaya-budaya pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan dalam membentuk sikap tawadhu santri di pesantren NU Sunan Kalijaga desa Kaliwadas kecamatan Adiwerna kabupaten Tegal. Adapun rumusan masalah : (1) Bagaimana pelaksanaan bimbingan keagamaan dalam membentuk sikap tawadhu pada santri di Pesantren NU Sunan Kalijaga Desa Kaliwadas Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal? (2) Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan keagamaan dalam membentuk sikap tawadhu pada santri di Pesantren NU Sunan Kalijaga Desa Kaliwadas Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal?.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah pengasuh, Ustadz dan santri. Sumber data sekunder adalah literatur yang menunjang data primer dalam menganalisis data, yakni data yang diperoleh melalui satu atau lebih dari pihak yang bukan peneliti sendiri (seperti dokumentasi dan sejumlah informan). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan model Milles dan Hubberman, meliputi reduksi data, penyajian data, verifikasi dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat disimpulkan: Pertama, pelaksanaan bimbingan keagamaan di pondok pesantren NU Sunan Kalijaga dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: pembimbing, Pesantren NU Sunan Kalijaga memiliki pembimbing yang mempunyai karakter yang baik, sabar dan memiliki retorika yang baik.. Santri yang mengikuti bimbingan keagamaan berjumlah 112 santri putra. Latar belakang mereka lulusan SD atau MI dan SMP atau MTS. Materi yang diberikan kepada santri meliputi materi akidah, syari’ah, dan akhlak. Metode bimbingan yang digunakan antara lain nasehat, pembiasaan yang di bagi menjadi sholat jama’ah, qiyamul lail, kajian kitab kuning, dan ta’ziran, adapun metode keteladanan dari pengasuh dan ustadz. Kedua, Faktor pendukung dalam pelaksanaan bimbingan keagamaan antara lain: a) lokasi antara rumah pengasuh dan asrama santri yang berdekatan sehingga memudahkan pengasuh mengawasi dan membimbing santri, b) hubungan erat antara pengasuh dan santri yang seperti orangtua mereka sendiri, c) suri ketauladanan kyai. Sedangkan faktor penghambat dalam pelakanaan bimbingan keagamaan diantaranya adalah : a) adanya santri yang kurang serius dalam pelaksanaan bimbingan keagamaan, b) kebiasaan santri yang masih sulit diatasi, c) adanya pengaruh dari luar pondok.