Menengok dinamika minoritas muslim di Belanda
Muslih, Muslih (2017) Menengok dinamika minoritas muslim di Belanda. In: Diskusi Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo”, Semarang. (Unpublished)
MENENGOK DINAMIKA MINROTIAS MUSLIM DI BELANDA-01.pdf
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (489kB) | Preview
Abstract
Kehadiran Muslim di Belanda terkait erat dengan kedatangan Muslim di bagian lain benua Eropa. Islam mulai dikenal luas di Eropa sejak paruh kedua abad kedua puluh. Sejumlah imigran telah datang ke negara-negara Eropa Barat sejak Perang Dunia II. Selama periode ini (1960-1970an) Pemerintah Belanda mangadakan perjanjian rekrutmen dengan beberapa negara Eropa Selatan, dan dengan Turki dan Maroko. Para imigran dari Turki dan Maroko adalah Muslim. Ini dapat dianggap sebagai tengara dari kedatangan umat Islam di Belanda. Motivasi para imigran Muslim untuk datang ke Belanda adalah karena alasan ekonomi. Pada awalnya tujuan mereka datang ke negara ini adalah untuk bekerja dan apabila mereka sudah mendapatkan uang yang cukup untuk membangun rumah bagi keluarganya atau memulai usaha kecil mereka akan untuk kembali ke negara asal mereka, oleh karena itu mereka disebut “pekerja tamu”. Berkenaan dengan pentingnya memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka dalam masyarakat multikultural Belanda, banyak orang tua Muslim yang bersemangat untuk melindungi anak-anak mereka dari ancaman materialisme dan sekularisme di masyarakat dengan mengirim mereka ke dalam lingkungan keagamaan yang komprehensif, yaitu sekolah Islam. Hal itu untuk menumbuhkan orientasi moral yang tinggi. Melalui pendidikan Islam atau Sekolah Islam, orang tua Muslim ingin mewariskan dan melestarikan nilai-nilai dan ajaran Islam dan menjaga identitas Muslim di dalam konteks masyarakat sekuler Belanda. Mayoritas kaum Muslim di Belanda melihat pentingnya pendidikan Islam untuk anak-anak mereka. Para orang tua Muslim di Belanda memilih sekolah Islam untuk anak-anak mereka dengan tiga motivasi, yaitu (1) agama, (2) akademik, dan (3) budaya. Namun, dari motivasi-motivasi itu, orientasi keagamaan adalah yang paling penting. Semua orang tua Muslim ingin menjaga anak-anak mereka “agar tidak hancur” oleh budaya sekuler di masyarakat. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan keprihatinan mereka, mereka merasa bahwa yang terbaik dan satu-satunya pilihan bagi mereka adalah pendidikan Islam untuk mempersiapkan anak-anak mereka tumbuh dalam lingkungan non-Muslim.
Item Type: | Conference or Workshop Item (Paper) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Minoritas muslim; Belanda; Interaksi sosial |
Subjects: | 300 Social sciences > 302 Social interaction |
Divisions: | Makalah tidak diterbitkan (Unpublished papers) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 25 Jun 2020 01:23 |
Last Modified: | 25 Jun 2020 01:23 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/11282 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year