Multiple intelligences menurut Howard Gardner dan implikasinya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang madrasah aliyah : sebuah penawaran konsep
Muhajarah, Kurnia (2008) Multiple intelligences menurut Howard Gardner dan implikasinya dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada jenjang madrasah aliyah : sebuah penawaran konsep. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Walisongo.
3103091_KURNIA_MUHAJARAH.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB) | Preview
Abstract
Kurnia Muhajarah (NIM. 3103091). Multiple Intelligences Menurut Howard Gardner dan Implikasinya dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Jenjang Madrasah Aliyah. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dengan jelas: (1) konsep multiple intelligences yang ditawarkan oleh Howard Gardner; dan (2) implikasi konsep multiple intelligences dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan riset kepustakaan (library research) berbasis pendekatan deskriptif. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis secara induktif dan deduktif. Analisis induktif digunakan karena lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan ganda sebagaimana yang terdapat dalam data dan analisis ini dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Adapun analisis deduktif adalah metode untuk menganalisa data dan menyimpulkan data-data dengan mencari hal-hal yang bersifat umum, ditarik menuju ke hal-hal yang bersifat khusus.
Hasil analisis menemukan sebagai berikut: Pertama, menurut Howard Gardner, inteligensi tidak lagi ditafsirkan secara tunggal dalam batasan intelektual saja. Ia menawarkan penglihatan dan cara pandang alternatif terhadap inteligensi manusia, yang kemudian dikenal dengan istilah Inteligensi Majemuk (Multiple Intelligence), yakni linguistik, logis-matematis, spasial, musik, gerak-badani, interpersonal, intrapersonal, naturalis atau lingkungan dan eksistensial. Dua inteligensi pertama, biasanya dianggap sebagai satu-satunya faktor serba mencakup (overall single factor) ukuran inteligensi konvensional yang biasa disebut IQ. Gardnerpun menyebut inteligensi intrapersonal dan interpersonal sebagai bentuk inteligensi yang populer disebut sebagai inteligensi emosional atau Emotional Quotient (EQ), serta inteligensi spiritual, atau Spiritual Quotient (SQ) sebagai inteligensi eksistensial. Konsep ini, memberikan landasan yang kuat untuk mengidentifikasi dan mengembangkan spektrum kemampuan yang luas di dalam diri setiap peserta didik. Tentunya, hal ini memberikan implikasi positif terhadap pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menggunakan multiple intelligences, berarti peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan inteligensi selain inteligensi bahasa dan logis-matematis, juga memberi peluang pada peserta didik untuk menggunakan inteligensi terkuatnya dalam mempelajari materi pelajaran dan kecakapan tradisional. Di sisi lain, Gardner juga mencoba membantu pendidik untuk mengubah cara mengajar mereka menggunakan multiple intelligences yang lebih bervariasi, dengan sembilan cara dan disesuaikan dengan inteligensi peserta didik.
Kedua, konsep Howard Gardner relevan untuk dijadikan acuan dan landasan berpikir bagi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang Madrasah Aliyah Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pengembangan inteligensi tidaklah hanya dititikberatkan pada akal (aspek kognitif) saja, akan tetapi juga pada akhlak (aspek afektif) dan amal (aspek psikomotorik). Tentunya, hal ini memiliki implikasi positif pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang Madrasah Aliyah. Belajar bagi peserta didik seperti serangkaian revolusi ilmiah kecil. Adanya asumsi keliru bahwa peserta didik pada jenjang menengah tidak memer¬lukan aktivitas yang diperpadat dan proses yang diper¬cepat untuk bisa belajar secara efektif sejalan dengan pola pikir mereka yang telah berkembang. Fenomena ini diperparah dengan kondisi pendidik yang merasa terikat oleh mata pelajaran mereka, tertekan oleh terbatasnya waktu yang mereka miliki untuk mengajar, dan metodologi pengajaran yang masih berbasis 4T (terlalu banyak teacher talk, penggunaan textbook yang berlebihan, penekanan yang berlebihan pada task analysis, lebih mengandalkan trafficking), jelas memberikan efek buruk terhadap peserta didik pada jenjang menengah ini. Oleh karenanya, pendidik harus mengetahui seluruh perubahan yang terjadi pada peserta didik baik secara biologis maupun psikologis. Informasi ini penting untuk mengetahui tingkat perkembangan inteligensi, pola pikir, ciri khas dan cara belajar peserta didik. Pendekatan berbasis multiple intelligences berarti mengembangkan kurikulum dan menggunakan pengajaran yang sesuai dengan minat dan bakat peserta didik. Adapun penyajian informasi pengajaran menggunakan pendekatan yang logis-rasional (aspek kognitif), psychological (aspek afektif) dan sosial-akomodatif (aspek psikomotorik).
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan khazanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi serta masukan bagi civitas akademika dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Multiple intelligences; Kecerdasan jamak; Pendidikan Agama Islam (PAI) |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.7 Propagation of Islam > 297.77 Islamic religious education |
Divisions: | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan > 86208 - Pendidikan Agama Islam |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 10 Jul 2020 03:14 |
Last Modified: | 10 Jul 2020 03:14 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/11518 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year