Persoalan epistimologi ilmu di akhir abad klasik merupakan bagian dari sejarah lahirnya epistimologi baru dalam Islam. Al-Ghazali merupakan perintis dan tokoh dalam bidang ini. Abad klasik dalam sejarah filsafat ilmu dikenal sebagai abad polemik antara filsof, mutakalimin dan batiniah.
Dalam situasi kritis seperti ini muncul al-Ghazali sebagai sosok ilmuan muslim dengan konsep epistimiloginya yang bercorak esotoris dan eksoteris. Keunikan epistimologi tersebut menarik untuk diteliti karena didalamnya banyak hal baru yang dapat diberdayakan untuk kajian ilmu-ilmu agama.
Adapun masalah yang menjadi fokus penelitian tesis ini adalah pertama, bagaimana epistimologi ilmu al-Ghazali dapat diberdayakan untuk menyelesaikan krisis epistimologi diakhir abad klasik, dan kedua bagaimana pengaruh epistimologi ilmu al-Ghazali terhadap perkembangan ilmu di abad tersebut.
Penelitian epistimologi ini adalah penelitian kepustakaan yang bersifat diskriprtif analisis, artinya bahwa data sepenuhnya diperoleh dari kajian leterer yang didiskripsikan apa adanya. Kemudian dianalisis secara kritis. Oleh karena data yang diperoleh adalah data kualifitatif maka pengolahannya menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan fenomenologik, keseninambungan historis, komperatif dan evaluatif.
Pada tahap diskriptip, penulis menggunakan pendekatan fenomenalogik yang dikombinasikan dengan kerangka dasar filsafat ilmu sebagai teori ilmu pengetahuan ilmiah, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari aliran-aliran dan teori pada bidang tertentu yang muncul pada masa al-Ghazali dengan membandingkan dan menganalisisnya untuk memperoleh kesimpulan yang benar dengan menggunakan metode kesinambungan historis. Selanjutnya penulis berupaya untuk dapat memahami persoalan melalui hubungan situasi atau fenomena yang diselidiki dengan cara mebandingkan suatu fakta dengan yang lain, kemudian mengevaluasi secara kritis epistimologi ilmu al-Ghazali sebagai realitas teori ilmu yang dapat dipercaya sebagai kebenaran.
Analisis tersebut diatas menyimpulkan bahwa, epistimologi ilmu al-Ghazali adalah epistimologi yang dilakukan secara benar dengan menggunakan metodologi keilmuan yang terumuskan menjadi sebuah kerangka epistimologi yang berbasis pada teori ilmiah dan ajaran agama. Epistimologi ilmu al-Ghazali sangat berbeda dengan epistimologi filsof yang lebih menonjolkan kemampuan akal di hadapkan syara’. Akal menurut al-Ghazali mempunyai keterbatasan dalam memahami masalah-masalah yang terkait dengan metafisika, oleh karena metafisika menjadi wewenang para ahli agama.
Epistimologi al-Ghazali merupakan hasil dari suatu proses intelektual yang sangat terpengaruh oleh paradigma metafisis yang dianutnya dan kontek sasio-historis pada masanya. Al-Ghazali dalam epistimologinya memadukan teori yang berinteraksi dengan pemikiran praktisnya dalam kajian tasawuf yang sehingga menjadi pemikiran yang bercorak isoteris dan eksoteris. Ramuan yang tersebut menunjukan bahwa epistimologi al-Ghazali jauh lebih komprehensif jika dibandingkan dengan para filsof yang lebih menekankan pada aspek aqli.