Metode resolusi konflik antar suku oleh kepala suku di Kota Sorong Provinsi Papua Barat
Tukwain, Sitti Mutia Faradillah (2021) Metode resolusi konflik antar suku oleh kepala suku di Kota Sorong Provinsi Papua Barat. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Tesis_1801028014_Sitti_Mutia.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Konflik apapun yang terjadi di Kota Sorong selalu dikaitkan dengan kesukuan dan untuk menanggulangi konflik tersebut masyarakat lebih menaruh kepercayaan kepada kepala suku nya dibanding pihak berwajib (kepolisian). Menurut mereka masalah yang ditangani oleh kepala suku akan diselesaikan dengan rasa adil dan berakhir dengan jalan damai. Berbeda jika masalah di selesaikan oleh pihak kepolisian yang menurutnya tidak ada kepuasan yang seringkali berakhir dengan kebencian. Peran dari kepala suku merupakan hal urgen dalam mengatasi konflik yang terjadi di Kota Sorong dan perlu dilakukan pembenahan sehingga masyarakat tidak lagi mengulangi perbuatannya. Konflik yang sering terjadi lalu meluas hingga berlarut-larut, tidak ada titik penyelesaiannya, menjadikan terhambatnya aktivitas kota dan merusaknya tatanan kedamaian dan keharmonisan antar masyarakat di Kota Sorong Provinsi Papua Barat. Sehingga tidak hanya penyelesaian konflik yang dilakukan tetapi juga agar mencegah konflik tidak semakin melebar maka dibutuhkan tindakan metode resolusi konflik oleh kepala suku dengan tujuan agar dapat menekan konflik-konflik antar suku agar tidak berlarut dan tidak terulang kembali yang sebagian besar berawal dari konflik-konflik sosial. Penelitian ini membahas mengenai metode resolusi konflik antar suku oleh kepala suku dengan metode kualitatif deskriptif pendekatan sosiologi. Metode resolusi konflik yang dilakukan oleh kepala suku di kota sorong provinsi papua barat mengacu pada penyelesaian konflik menurut Jack Rothman. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa faktor penyebab terjadinya konflik antar suku dan bagaimana metode resolusi konflik antar suku oleh kepala suku di kota sorong provinsi papua barat. Hasil penelitian ini yaitu: Faktor penyebab konflik antar suku dintaranya karena Perbedaan Antarindividu (Minuman Keras dan Hasutan), Perbedaan Antarkebudayaan (Kehormatan dan Menjunjung Hukum Adat), dan Perbedaan Kepentingan (Penguasaan Tanah dan Kesenjangan Ekonomi). Sedangkan metode resolusi konflik antar suku oleh kepala suku yaitu: Komunikasi antar kepala suku, menggunakan mediasi pemerintah, melibatkan berbagai pihak, memberikan informasi dan edukasi, serta melakukan klarifikasi (bertabayyun).
ABSTRACT:
Any conflict in the city of sorong is always associated with tribalism andin addressing these conflicts the people put more trust in the chief than the authorities. According to them the matters that were handled by the chieftain would be settled in a fair and peaceful way. It is different when a problem is solved by a police department that feels no satisfaction often ends in hatred. The role of the chieftain was urgent in dealing with the conflict in the city of sorong and the need for perspiration so that the people would no longer repeat their actions. The frequent conflict continues and continues, with no resolution, hamming city activity and undermining the peace and harmony of society in the west Papua province of sorong. And so not only was the solution of the conflict done but also to prevent the conflict from growing, an action on the part of the chief's conflict resolution was required in order to suppress tribal conflicts that had largely begun with social conflicts. The study deals with tribal conflict resolution methods by tribal chiefs using a descriptive qualitative method of a sociological approach. The method of conflict resolution carried out by chiefs in the west Papua province of sorong refers to the resolution of the conflict according to jack rothman. The problem of this study is what caused tribal conflict and how tribal conflict resolution was done by chiefs in the west Papua province of sorong. The results of this study were: the causes of conflict between the tribal clans due to differences between individuals (alcohol and incitement), differences between cultures (honor and uphold tribal laws), and interests (land mastery and economic inequality). Whereas tribal conflict resolution methods by tribal chiefs are: communication between chiefs, mediating governments, involving various parties, information and education, and clarification (bertabayyun).
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Resolusi konflik; Konflik antar suku; Kepala suku |
Subjects: | 300 Social sciences > 303 Social processes > 303.6 Conflict and conflict resolution |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 70133 - Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 02 Dec 2021 04:36 |
Last Modified: | 02 Dec 2021 04:36 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/14121 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year