Studi analisis pemikiran Tono Saksono tentang awal waktu salat subuh perspektif lima ahli falak Indonesia
Hasan, Muhammad Rifqi (2021) Studi analisis pemikiran Tono Saksono tentang awal waktu salat subuh perspektif lima ahli falak Indonesia. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
Tesis_1802048008_Muhammad_Rifqi_Hasan.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Mayoritas jadwal waktu Salat Subuh di Indonesia didasarkan paradigma fajar shodik terjadi apabila matahari berada pada ketinggian -20º. Paradigma ini dikembangkan dan dipelopori oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen Agama RI (sekarang diganti dengan nama Kementeriaan Agama RI). Islamic Science Research Network (ISRN) UHAMKA melakukan penelitian terhadap waktu Salat di Indonesia dan menyatakan waktu Salat Subuh di Indonesia terlalu cepat 26 menit. Kementerian Agama (Kemenag) menepis hasil penelitian itu dan menyatakan waktu salat Subuh yang ada saat ini sudah tepat. Pemerintah menetapkan awal waktu Salat Subuh saat matahari berada pada DIP 20°. DIP yang ditetapkan pemerintah, berbeda sekitar 6,7 derajat dengan hasil penelitian ISRN UHAMKA. Setiap 1° sama dengan perbedaan waktu sekitar 4 menit. Jika merujuk angka perbedaan DIP sebesar 6,7°, maka perbedaan waktu salat Subuh di Indonesia dinilai lebih awal sekitar 26 menit.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah berupa wawancara dengan narasumber ahli falak. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Peneliti menggunakan teknik deskriptif analitik kritis mengunakan triangulasi data.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Teori penentuan waktu Salat Subuh Tono Saksono tentang kehadiran fajar yang menandai masuknya waktu Subuh, dan menghilangnya sinar syafaq yang menandai berakhirnya waktu Maghrib. Alat utama pendeteksi fajar adalah sebuah Sky Quality Meter (SQM) yang merekam tingkat kecerlangan langit (sky brightness) secara terus menerus, bahkan sering selama 24 jam penuh, sedangkan Kemenag menggunakan data refraksi untuk menghisab waktu Subuh dan terbit 34 menit busur serta untuk waktu Isya dan Subuh bernilai 3 menit busur, Subuh (h0 Subuh)= -19 + (-(DIP+SD+ 0 3’); (2) Persamaan: posisi matahari ditentukan berdasarkan kurva cahaya langit yang ditentukan berdasarkan rara-rata atmosfer (kondisi geografis) dan perbedaan: waktu subuh atau fajar shadiq untuk di mulai saat Matahari ada pada posisi 13.04° (σ = 1,4°) dibawah ufuk.
ABSTRACT:
The majority of the Fajr prayer times in Indonesia are based on the dawn shodik paradigm when the sun is at an altitude of -20º. This paradigm was developed and pioneered by the government, in this case the Ministry of Religion of the Republic of Indonesia (now replaced with the name Kementeriaan Religion RI). UHAMKA's Islamic Science Research Network (ISRN) conducted a study on prayer times in Indonesia and stated that the Fajr prayer time in Indonesia was 26 minutes too fast. The Ministry of Religion (Kemenag) dismissed the results of this study and stated that the current Fajr prayer time is right. The government sets the start of the Fajr prayer time when the sun is at 20 ° DIP. The DIP set by the government is around 6.7 degrees different from the results of the UHAMKA ISRN research. Each 1 ° equals a time difference of about 4 minutes. If you refer to the difference in DIP of 6.7 °, the difference in Fajr prayer times in Indonesia is considered to be around 26 minutes earlier.
This research includes field research. The primary data in this study is in the form of interviews with astronomical experts. The data collection method used in this study was interviews. Researchers used critical analytic descriptive techniques using data triangulation.
The results of this study are: (1) The theory of determining the time of the Subuh Tono Saksono prayer about the presence of dawn which marks the entry of Fajr time, and the disappearance of the syafaq rays which marks the end of Maghrib time. The main tool for detecting the dawn is a Sky Quality Meter (SQM) which records sky brightness continuously, often for 24 hours straight, while the Ministry of Religion uses refractive data to compute Fajr time and 34 arc minutes and for Isha time. and Fajr is 3 arc minutes, Fajr (h0 Fajr) = -19 + (- (DIP + SD + 0 3 '); (2) Equation: the position of the sun is determined based on the sky's light curve determined based on the average atmosphere (geographical conditions) and the difference: the time of dawn or dawn of sadiq to start when the sun is at a position of 13.04 ° (σ = 1.4 °) below the horizon.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Awal waktu; Salat subuh; Tono Saksono; Ahli falak Indonesia |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak) |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 50102 - Ilmu Falak (S2) |
Depositing User: | Miswan Miswan |
Date Deposited: | 02 Dec 2021 06:45 |
Last Modified: | 02 Dec 2021 06:45 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/14125 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year