Apabila seseorang hendak melakukan sebuah pernikahan maka ia harus memenuhi beberapa rukun dan syaratnya, seperti masalah mahar yang harus ditunaikan seorang calon suami kepada calon istri sebagai kewajiban, Islam mengatur dalam pemberian mahar oleh calon suami kepada calon istri tidak menetapkan jumlah minimum dan maksimum. Disamping mahar, pihak laki-laki harus memberikan tukon kerbau sebagai seserahan. Harta benda seserahan mengandung kemaslahatan di kemudian hari, yakni agar kelak dalam berumah tangga seekor kerbau ini bisa dijadikan modal atau tabungan bersama dalam memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi, seserahan ini dirasa memberatkan seorang laki-laki yang ingin berumah tangga dikarenakan ia harus mempunyai dana yang lumayan banyak terlebih dahulu agar bisa memenuhi seserahan tersebut dan bisa melangsungkan sebuah pernikahan. Adapun permasalahan dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana praktik tukon kerbau pada tardisi perkawinan di desa Kutuk Kecamatan Undaan kabupaten Kudus? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktik tukon kerbau pada tradisi perkawianan di desa kutuk?

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini tergolong penelitian normatif empiris dengan pendekatan non doktrinal serta menggunakan sumber data primer dan sekuder. Sedangkan teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Adapun temuan penelitian meliputi, seserahan dalam perkawinan merupakan tradisi yang tidak ditetapkan hukumnya oleh syara’ dan tidak ada dalil yang melarang atau mewajibkannya. Dalam penelitian ini diperoleh dua temuan. Pertama, praktik tradisi tukon kerbau di Desa Kutuk yaitu kerbau diberikan kepada mempelai wanita dengan cara diarak dari rumah mempelai pria menuju rumah mempelai wanita. Namun apabila jarak rumah mempelai pria dengan mempelai wanita jauh. Maka kerbau bisa diangkut menggunakan mobil pick up terlebih dahulu. Setelah jarak di rasa cukup dekat, baru kerbau bisa diarak menuju rumah mempelai wanita. Kedua. Menurut hukum Islam, tukon kerbau merupakan perkara yang bertentangan dengan agama Islam jika diukur dari keberatan dan kesulitan yang diakibatkannya, karena Islam menghendaki kemudahan bukan kesukaran atau memberatkan. Tradisi tukon kerbau merupakan maslahah mursalah yang dari segi tingkatanyya merupakan maslahah tahsiniyah. Hukum pemberian seserahan tukon kerbau menjadi dua kategori yang berbeda. Yang pertama, bagi orang yang dari keluarga mampu maka hukumnya boleh karena mendatangkan maslahah untuk kedua mempelai dalam menjalankan perekonomian rumah tangganya kelak. Yang kedua, yaitu bagi orang yang tidak mampu tetapi dipaksa tetap memberikan maka hukumnya haram karena sejatinya Islam lebih mengutamakan menghilangkan kemadharatan dari pada menarik kemaslahatan.