Dalam agama islam jual beli itu dihalalkan dan sudah disepakati oleh para ahli ijma (ulama’ Mujtahidin’) dan tidak ada perbedaan pendapat asalkan memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan, sebab Al-Qur’an menjelaskan bahwa jual beli itu halal, sedangkan riba diharamkan. Sejalan dengan itu masih banyak ulama dan para Imam Madzhab yang berbeda pendapat yaitu tentang jual beli dengan sistem down payment. Sebab, ada Imam Madzhab yang membolehkan namun ada juga yang melarangnya dikarenakan ada alasan tertentu yang menjadikannya dilarang, Imam Madzhab tersebut di antaranya adalah Imam Hambali yang berpendapat membolehkannya sedangkan Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki yang masih melarangnya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui letak perbedaan pandangan empat Imam Madzhab tersebut tentang down paymen dalam jual beli dan juga untuk mengetahui metode istinbat hukum yang digunakan empat Madzhab tentang down payment dalam jual beli.
Skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan penelitian literer yang berarti library research (penelitian kepustakaan). Data primer, yaitu fikih As-Syafi’i seperti Al-Majmu’ Syah Al-Muhadzab karangan pengikut Imam Asyafi’i yaitu Imam An-Nawawi, Al- Muwathatha’ Juz II karangan Imam Malik, Wahbah Al-Zuhaili pengikut Madzhab Imam Hanafi dalam kitabnya Al-fiqh Al- Islami wa Adillatuhu dan fikih Al-Hanbali seperti Al-Mughni karangan pengikut Imam Al-Hanbali yaitu Imam Ibnu Qadamah dan data sekunder, yaitu literature lainnya yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Adapun analisis data adalah kualitatif dengan metode deskriptif analisis dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala- gejala lainnya. Dengan demikian cara kerja metode ini dengan menggambarkan dan menguraikan pemikiran empat Imam Madzhab mengenai down payment dalam jual beli.
Hasil dari pembahasan menunjukkan bahwa Pendapat dari Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Maliki mengenai jual beli dengan sistem Down Payment (Urbun) secara mutlak mereka mengatakan bahwa jual beli semacam ini tidak sah, selain itu mereka juga mengatakan bahwa jual beli dengan sistem tersebut termasuk jual beli yang rusak (fasid) dan memakan harta secara batil. Sedangkan Madzhab Imam Hambali sendiri mengatakan bahwa jual beli semacam ini diperbolehkannya sebab menurut beliau dalam jual beli ini kedua belah pihak telah menyepakatinya sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Metode Istinbat yang digunakan ketiga madzhab tersebut adalah hadith ‘Amr Ibn Shu’ayb yang menurut mereka sudah dapat dijadikan sebagai landasan hukum Sedangkan Madzhab Hambali menda’ifkannya, sehingga beliau lebih memilih beramal dengan riwayat Nafi’ Ibn Harith yang juga merupakan dasar ‘Umar Ibn Khattab untuk memperbolehkan jual beli ini.