Makna simbolik kain perawan dalam tradisi pernikahan masyarakat Betung Kecamatan Penukal Abab Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan
Andani, Mutia Tanseba (2020) Makna simbolik kain perawan dalam tradisi pernikahan masyarakat Betung Kecamatan Penukal Abab Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
1701028001_MUTIA TANSEBA ANDANI_FULLTESIS - Mutia Tanseba.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (1MB)
Abstract
Tradisi kain perawan merupakan tradisi yang masih berkembang dalam pernikahan masyarakat Betung, Sumatera Selatan.Tradisi ini dilaksanakan malam pertama setelah akad nikah berlangsung, dimana tradisi ini dilakukan sebagai pembuktian kesetiaan dan kesucian pengantin wanita kepada pasangannya, dengan adanya bercak darah dimalam pertama.Pembuktian ini hanya tersorot pada pengantin wanita untuk menilai moral dalam menjaga dirinya sendiri sebelum menikah. Tradisi kain perawan akan mempertaruhkan psikologis dari kedua belah pihak, sebab dampak dari tradisi ini bisa saja perceraian, kekerasan terhadap perempuan, dan depresi yang dialami kedua pasangan. Dari permasalahan tersebut peneliti berupaya untuk menjelaskan bagaimana pemaknaan simbolisasi dalam tradisi kain perawan tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif interaksi simbolik, yang berlokasi di Desa Betung Kecamatan Penukal Abab Muara Enim Sumatera Selatan.Data yang dikumpulkan yaitu data primer yang melibatkan tokoh Desa Betung, dan keluarga yang pernah mengikuti tradisi.Selain itu, peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai tambahan yaitu bersumber dari artikel-artikel Dinas Kebudayaan Muara Enim. Penelitian ini menunjukkan beberapa makna simbolik yang tersirat dari adanya tradisi kain perawan yaitu: (1) Memiliki nilai integritas moral, yaitu etika atau sikap jujur, patuh, dan konsisten. Hal ini menjadi kontrol sosial bagi masyarakat Desa Betung dalam pergaulan di kehidupan sosial.(2) Sebagai simbol ketidakadilan gender dalam kajian feminisme. Konsep keperawanan dalam kajian feminisme dianggap sebagai ketidakadilan, karena hanya tersorot pada segi seksual perempuan.Dimana bercak darah keperawanan merupakan mitos hasil dari budaya patriarki yang berkembang.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Pernikahan; Tradisi kain perawan; Konsep keperawanan; Interaksionisme simbolik |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.5 Islamic ethics, practice > 297.57 Religious experience, life, practice > 297.577 Marriage and family life 300 Social sciences > 390 Customs, etiquette, folklore > 392 Customs of life cycle and domestic life |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 70133 - Komunikasi dan Penyiaran Islam (S2) |
Depositing User: | Wati Rimayanti |
Date Deposited: | 18 Dec 2021 07:12 |
Last Modified: | 12 Feb 2022 03:17 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/14853 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year