Khataman Al-Qur'an dalam tradisi matang puluh di Gedongan Ender Pangenan Cirebon: analisis sosiologi pengetahuan
Maulaya, Dina (2021) Khataman Al-Qur'an dalam tradisi matang puluh di Gedongan Ender Pangenan Cirebon: analisis sosiologi pengetahuan. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
TESIS_1704028021_DINAMAULAYA.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (3MB)
Abstract
Penelitian ini membahas tentang kegiatan matang puluh, yakni khataman Al-Qur’an sebanyak 40 kali selama 40 hari. Fokus pembahasan penelitian ini adalah praktik matang puluh di Gedongan Ender Pengenan Cirebon. Tradisi ini sangat dinanti-nanti oleh para santri dan mayarakat Gedongan. Salah satu simbol kegiatan matang puluh dimulai yaitu adanya air dan garam di Makam Syekh Prawiro Gedongan. Dengan simbol-simbol tersebut tentunya terdapat makna-makna simbolik di balik ritual yang mereka lakukan. Sebagai landasan teori penggalian makna, peneliti menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan matang puluh ini merupakan tradisi yang diselenggarakan oleh para santri dan masyarakat Gedongan. Ada beberapa rangkaian kegiatan, diantaranya pembukaan, pembacaan Al-Qur’an 30 juz dan doa. Sedangkan pada penutupan kegiatan matang puluh ditambah dengan tahlil, doa, sambutan-sambutan dan mau’idloh. Setelah melakukan analisis untuk menggali makna kegiatan matang puluh yang dilaksakan masyarakat Gedongan dengan menggunakan teori sosiologi pengetahuan Karl Mannheim, ada 3 makna yang terbaca dari kegiatan tersebut. Makna objektif dari kegiatan matang puluh di Gedongan Ender Pangenan Cirebon dalam perspektif santri yaitu sebagai bentuk kepatuhan pada peraturan pondok agar mendapat ridlo dari pengasuh ketika meminta ijin boyong. Sedangkan makna objektif dalam perspektif masyarakat Gedongan yaitu melestarikan tradisi sebagai wujud kepatuhan kepada ulama Gedongan. Adapun makna ekspresif dalam perspektif santri yaitu sebagai ikhtiar dalam menjaga kualitas hafalan Al-Qur’an. Sedangkan makna ekspresif dalam pandangan masyarakat Gedongan yaitu sebagai sarana menambah keimanan dan untuk mengingat akhirat. Adapun makna dokumenter pada tradisi matang puluh ini adalah terbentuknya habit sebagai wadah persatuan masyarakat Gedongan.
Item Type: | Thesis (Masters) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Matang puluh; Khataman Al-Qur’an; Sosiologi pengetahuan |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.3 Islamic Worship / Ibadah > 297.38 Rites, prayer |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Master (S2) > 76131 - Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (S2) |
Depositing User: | Ika Purwanti |
Date Deposited: | 23 Dec 2021 03:55 |
Last Modified: | 23 Dec 2021 03:55 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/14909 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year