Bidara mengalami perkembangan pemanfaatannya dari masa ke masa. Pada masa Rasulullah bidara yang kaya akan manfaatnya ini dijadikan untuk pengobatan ruqyah dan air mandi jenazah, namun seiring berkembangnya teknologi, manfaat daun bidara bukan hanya sebatas dicampurkan dengan air kemudian untuk mandi. Hal inilah yang menarik penulis untuk meneliti kualitas hadis tentang daun bidara dan manfaat yang terkandung dalam daun bidara.
Mengungkap pemanfaatan bidara yang ditinjau dari perspektif sains. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik library research. Adapun metode yang digunakan adalah deskriptif-analisis. Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab-kitab hadis, seperti al-Mujam al-Mufahras li al-Fazil Ḥadīṡ an-Nabawi, TahŻib al-Kamal dan TahŻib at-TahŻib serta sumber sekundernya adalah majalah-majalah atau artikel, jurnal beserta karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas hadis tentang daun bidara ialah shahih dari segi matan, akan tetapi hasan pada segi sanad. Karena pada sanad hadisnya baik dari jalur periwayatan Abu Dawud maupun Ibnu Majjah terdapat satu rawi yang kurang kuat dalam hafalannya yaitu Ibrahim bin Muhajir. Nasa’i berpendapat bahwa Ibrahim bin Muhajir tidak memiliki kekuatan dalam meriwayatkan hadis. Meskipun demikian, tidak ada keterputusan sanad dalam jalur periwayatan ini atau bisa dikatan sanadnya muttasil. Di dalam daun bidara terdapat beberapa senyawa yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita, di atantaranya yaitu: alkaloid berfungsi sebagai antioksidan. Dalam dunia pengobatan tanin meerupakan senyawa yang digunakan sebagai anti bakteri. Steroid dalam dunia pengobatan digunakan sebagai obat dan kontasepsi. Saponin dapat digunakan sebagai anti inflamasi atau obat luka. dan flavonoid dapat digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus