Fenomena awan merupakan salah satu fenomena alam yang disebutkan dalam al-Qur’an. Awan (sahāb) merupakan uap air yang sangat kecil yang berasal dari penguapan air laut, sungai, danau, dan air yang berada di sekitar kita. Awan mempunyai berbagai jenis dan macam yang diklasifikasikan berdasarkan pembentukannya. Beberapa mufasir menafsirkan kata al-barad artinya salju, dan sebagian mufasir berpendapat bahwa al-barad mempunyai arti es. Sementara dalam ilmu sains keduanya (es dan salju) terbentuk pada awan yang berbeda. Maka, dari perbedaan tersebut muncul ide dari penulis untuk meneliti penafsiran tentang awan (sahāb) dari karya Zaghlu>l an-Najja>r dalam kitab Tafsir al-Ayāt al-Kauniyyah fi al-Qur’ān al-Karīm. Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana penafsiran Zaghlu>l an-Najja>r tentang awan, serta bagaimana korelasi penafsiran awan dengan sains modern. Dari permasalahan tersebut, penulis menjawab mengenai korelasi al-Qur’ān dengan sains modern, khususnya pada fenomena alam mengenai awan dari perspektif Zaghlu>l an-Najja>r dalam kitab Tafsir al-Ayāt al-Kauniyyah fi al-Qur’ān al-Karīm. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat library research. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode dokumentasi karena membuka penafsiran dari dalam kitab Tafsir al-Ayāt al-Kauniyyah fi al-Qur’ān al-Karīm. Untuk metode analisis yang digunakan, penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, yang mana suatu metode yang mendiskripsikan data-data tentang sahāb yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa dan disimpulkan untuk mendapatkan jawaban atas masalah tersebut. Makna sahāb yang ditafsirkan Zaghlu>l an-Najja>r dalam kitab Tafsir al-Ayāt al-Kauniyyah fi al-Qur’ān al-Karīm adalah bentuk tetesan air yang sangat kecil yang hampir tidak lebih dari satu micron dengan diameter (0,001 milimeter) yang ada di atmosfer yang disebut dengan awan. Dan awan terbentuk akibat uap air yang di sebabkan sinar matahari. Dalam bahasa ilmiahnya kondensasi (berubahnya cairan menjadi gas). Semakin tinggi suhu udara, maka semakin banyak pula uap air yang terkandung di dalamnya. Tarbuck and Lutgens juga ber pendapat yang sama bahwa awan merupakan bentuk kondensasi yang paling baik digambarkan sebagai kumpulan titik-titik air yang sangat kecil atau kristal es yang sangat kecil. Kemudian pendapat Zaghlu>l an-Najja>r tentang klasifikasi awan berdasarkan pembentukanya menjadi tiga yaitu cumulus (gumpalan), nimbus (hujan), dan stratus (lapisan). Pendapat ini sesuai dengan pendapat Luke Howard (bapak metereologi). Berdasarkan gerak awan tersebut Zaghlu>l an-Najja>r mengklasifikasikan awan menjadi dua yaitu awan cumuliform (kumulus), dan awan stratiform (stratus). Kemudian awan dengan pertumbuhan vertikal dibagi menjadi dua yaitu kumulus dan kumulonimbus. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Herbert Riehl, Bayong Tjasyono HK dan Sri Woro B. Harijono. Jadi, sahāb memiliki kesamaan teori dengan sains modern yang merupakan kumpulan butiran-butiran air atau es yang sangat kecil di udara dari perspektif Zaghlu>l an-Najja>r