Al-Quran adalah kalam Allah yang memiliki banyak kemukjizatan. Setiap orang Islam berkewajiban untuk untuk mempelajarinya. Al-Quran merupakan pondasi bagi seluruh umat Islam, sehingga anak yang masih kategori anak usia dini akan tumbuh diatas fitrahnya. Menghafal Al-Quran merupakan salah satu proses untuk mengingat pada ayat yang sudah dihafal untuk disempurnakan, dan menghafal merupakan salah satu cara untuk menjaga kemurnian isi Al-Quran. Barang siapa yang menghafal Al-Quran dengan niat yang sungguh-sungguh maka akan dimudahkan, dan menghafal Al-Quran tidak dibatasi oleh usia. Akan tetapi jauh lebih baik jika menghafal pada saat masih usia dini. pondok pesantren Roudlotul Jannah Bejen, Kajeksan, Kudus. merupakan suatu lembaga pendidikan untuk menjadikan generasi yang akan datang menjadi genarasi Ahlul Qur’an, sehingga semua santri yang mondok di pesantren Roudlotul Jannah Bejen, Kajeksan, Kudus. diwajibkan semua untuk menghafal Al-Quran.
Adapun masalah yang di kaji dalam penelitian ini adalah Model Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pada Anak Usia Dini Di Pondok Pesantren Roudlotul Jannah Bejen, Kajeksan, Kudus. serta faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pada Anak Usia Dini Di Pondok Pesantren Roudlotul Jannah Bejen, Kajeksan, Kudus.
Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan jenis pendekatan deskriptif kualitatif yang berarti data yang digunakan bukan berupa angka melainkan dari observasi, catatan lapangan, naskah wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti menunjukkan bahwa : (1) Model pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang diterapkan di pondok pesantren Roudlotul Jannah Bejen, Kajeksan, Kudus. menggunakan metode Yanbu’a. Adapun model yang diterapkan pada santri dalam menghafal Al-Quran terbagi menjadi dua : pertama, penerapan model pembelajaran Yanbu’a pada santri Bin-Nadhor yang ingin menghafal Al-Quran harus belajar ilmu tajwid terlebih dahulu sebelum menghafal, setelah itu belajar surat Al-Fatihah, kemudian baru diperbolehkan menghafal Al-Quran. Kedua, penerapan model pembelajaran Yanbu’a pada hafalan baru dengan cara membaca ayat yang akan dihafal secara berulang-ulang selama sepuluh kali, setelah itu baru diperbolehkan untuk menghafal. Adapun sistem pembelajaran dilakukan dengan satu kali setoran di pagi hari setelah shalat subuh. Setiap santri diwajibkan untuk menambah minimal setengah halaman, dan muroja’ah satu kali di sore hari setelah jamaa’ah shalat ashar. Serta melakukan evaluasi mingguan, bulanan, dan semester pada santri untuk mengetahui kekuatan hafalan santri dalam menghafal Al-Quran. (2) faktor pendukung: sehat jasmani dan rohani, dukungan penuh dari orang tua, dukungan dari teman sebaya, dukungan dari pondok, jadwal pembelajaran tahfidzul Qur’an, materi pendukung, dan fasilitas yang disediakan dari pondok. Ketiga faktor pnghambat: individu santri yang belum sadar betapa pentingnya mempelajari Al-Quran dan menjaga hafalan, serta santri yang merasa kekurangan waktu/kurang pandai dalam mengatur waktu untuk menghafal Al-Quran.