Penduduk desa Karangmulyo sebagian besar berprofesi sebagai petani dan TKI guna memperbaiki perekonomian keluarga. Maka yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban suami istri keluarga TKI di Desa Karangmulyo, dan tinjauan hukum Islam terhadap pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban suami istri keluarga TKI.
Jarak yang jauh bukan menjadi penghalang bagi pasangan suami istri keluarga TKI. Penelitian Menunjukan bahwasanya Suami istri keluarga TKI di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal saling cinta-mencintai sebagai wujud pemenuhan hak dan kewajiban. Hal tersebut dibuktikan bahwa tidak adanya perceraian atau perselingkuhan. Mereka rutin memberi kabar lewat telefon maupun video call. Suami istri keluarga TKI menjaga kehormatan mereka saat jauh dari pasangan. Dalam mengurus anak keduanya saling bekerjasama, seorang ayah atau ibu yang berada di rumah memberikan perhatian ekstra dalam mengurus dan mendidik anaknya, sedangkan seorang suami atau istri yang bekerja sebagai TKI berkewajiban memberikan nafkah untuk anaknya.
Metode penelitian ini adalah menggunakan penelitian hukum empiris yaitu hukum berkaitan dalam pemenuhan hak dan kewajiban itu bekerja. Pembahasannya bersifat induktif menyangkut permasalahan interelasi antara hukum dengan masyarakat, penelitian ini merupakan penelitian hukum sosiologis bahwa penelitian hukum diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau pemerintah. Skipsi ini hanya menggunakan data primer yang berasal langsung dari sumbernya, yang diperoleh dari hasil wawancara dengan ke enam keluarga TKI.
Pelaksanaan pemenuhan hak dan kewajiban suami istri dalam keluarga TKI di Desa Karangmulyo Kecamatan Pegandon Kabupaten Kendal sudah sesuai dengan ketentuan Hukum Islam dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 77-84 dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 30-34. Semua pasal tersebut sudah dipenuhi oleh keluarga TKI, hal tersebut ditunjukkan dengan peran istri yang membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Terkait istri menjadi TKI, memiliki konsekuensi bahwa kewajiban seorang istri dilakukan oleh suami. Bekerja sebagai TKI memberikan perkembangan dalam keluarga yaitu semakin meningkatnya perekonomian keluarga. Hal tersebut sudah menjadi kesepakatan bersama, dalam hal ini merujuk pada asas kesukarelaan dan asas kesetujuan. Sesuai dengan kaidah ushul fiqh mengambil kerusakan yang paling ringan.