Sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam tradisi kepemimpinan pondok pesantren, kiai menentukan maju dan tidaknya lembaga. Peranannya dalam mengembangkan pondok pesantren berbasis pendidikan formal telah terbukti berdampak positif bagi kemajuan pesantren. Namun demikian, kenyataannya tidak semua pondok pesantren mengikuti pola tersebut, dikarenakan perbedaan prinsip dan pandangan kiai dalam model pengembangan lembaganya. Kesenjangan persoalan ini penting diteliti untuk mengetahui lebih mendalam, apa yang menjadi akar masalahnya, dan mengapa peranan kiai sedemikian penting dipondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pokok masalah tentang bagaimana peranan KH. Muntaha dan kontribusinya dalam mengembangkan pondok pesantren al-Asy’ariyyah Wonosobo. Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, kemudian dirumuskan sub masalah sebagai berikut; (1) Bagaimana profil dan latar belakang kehidupan KH. Muntaha sebagai pemimpin pondok pesantren dan mengapa mengembangkan pondok pesantren al-Asy’ariyyah?. (2) Bagaimana pemikiran KH. Muntaha dalam mengembangkan pondok pesantren al-Asy’ariyyah dan implikasinya bagi kemajuan pendidikan Islam?. Penelitian ini merupakan kajian dengan pendekatan sejarah yang mengelaborasikan pendekatan lain seperti antropologi dan sosiologi. Metode pengumpulan datanya melalui tiga cara yaitu wawancara mendalam, observasi partisipan, dan dokumentasi. Analisis datanya menggunakan analisis kualitatif deskriptif model Miles and Huberman yaitu reduksi data, sajian data, verifikasi dan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa peranan kepemimpinan karismatik KH. Muntaha sebagai aktor utama dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas lembaga pondok pesantren al-Asy’ariyyah sebagai berikut: (1) Merancang strategi pengembangan pondok pesantren melalui pendekatan birokrasi dan kegiatan-kegiatan politik. (2) Membangun kerja sama, kemitraan dan jejaring relasi yang luas. (3) Mendirikan sekolah-sekolah formal dalam berbagai jenis dan jenjang. (4) Mendirikan perguruan tinggi dalam level universitas yang berbasis pesantren. (5) Memberdayakan perekonomian warga dengan basis ekonomi masyarakat. (6) Branding pesantren sebagai pusat pendidikan yang mengkhususkan kepada studi dan hafalan al-Qur’an. (7) Menciptakan lingkungan akademik religius. Adapun kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut; (1) Sebagai seorang figur yang dibesarkan dengan pribadi karismatik, sosoknya memberikan pengaruh besar dalam percepatan pendirian lembaga pendidikan dilingkungan pondok pesantren al-Asy’ariyah. Motif pengembangan pondok pesantren al-Asy’ariyyah dilatarbelakangi oleh kehidupan KH. Muntaha dengan kondisi sosial masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan, kondisi ekonomi dan sosial masyarakat terbelakang. Realitas ini memotivasinya untuk mengembangkan pondok pesantren berbasis pendidikan formal guna mengatasi persoalan tersebut. (2) Pemikiran KH. Muntaha sebagai pemimpin dalam pengembangan pondok pesantren al-Asy’ariyyah dibangun melalui jejaring politik selama tiga masa pemerintahan. Implementasi gagasan dan pemikirannya dalam bentuk inovasi pendidikan, seperti adanya sistem penjenjangan, masuknya subjek umum pendidikan, pengembangan manajemen dan kepemimpinan birokratis, peningkatan fungsionalitas pondok pesantren, pondok pesantren yang berciri pada kajian studi al-Qur’an, dan Penulisan mushaf al-Qur’an Akbar. Temuan-temuan tersebut merupakan hasil penting yang berimplikasi sebagai sebuah model dalam pengembangan pondok pesantren.