Islam telah mensyariatkan walimah, yaitu makanan yang disediakan ketika pesta pernikahan, dan Islam juga memiliki beberapa etika yang berkaitan dengan walimah yang mana perlu diperhatikan oleh pihak penyelenggara sehingga kelak memperoleh pahala dan keberkahan darinya serta akan terhindar dari apa yang dilarang oleh syariat. Seiring dengan berjalannya waktu serta perkembangan peradaban yang berbeda antara satu masa dengan masa yang lain, menjadikan pelaksanaan walimatul ‘urs mengelami banyak modifikasi yang luar biasa bahkan hampir keluar dari tujuan utama dari disyari’atkannya walimatul. Sehingga menimbulkan adanya ketimpangan-ketimpangan dalam pelaksanaan yang seharusnya dilaksanakan secara syar’i sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Berdasarkan itu, peneliti ingin mencoba mencari benang merah tentang etika walimatul ‘urs yang sedang berkembang di masa sekarang ini dengan walimatul ‘urs yang sudah dicontohkan oleh Rasululloh SAW dan para sahabat beliau. Berdasarkan landasan teori ini, peneliti hendak membahas tentang etika walimatul ‘urs dalam perspektif as-sunnah an-nabawiyyah dengan metode ma’ani a-hadist.
Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan metode deskriptif dan analisis isi yang kemudian dijabarkan dengan metode ma’ani al-hadis untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang hadis-hadis yang berkaitan dengan etika walimah yang mana telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Dan hasilnya, penulis mendapatkan sekitar tiga puluh hadist, adapun hadis-hadis yang berhubungan dengan etika di dalam walimah adalah sebagai berikut: haram jika hanya mengkhususkan untuk mengundang orang kaya saja, lebih utama untuk mengundang orang-orang soleh, larangan menghadiri walimah yang didalamnya terdapat kemaksiatan, mendahulukan untuk menghadiri undangan yang tempatnya lebih dekat atau mu’alim, mendoakan kedua mempelai, saling membantu dalam meringankan biaya walimah, wajib bagi orang yang sedang berpuasa menghadiri undangan, berniat mengikuti sunnah Rasul SAW, tidak berlebih-lebihan atau tidak memaksakan diri diluar batas kemampuan.
Walaupun mengadakan walimah itu sesuatu yang dianjurkan oleh agama, namun mengenai bentuk walimah itu tidak dijelaskan secara terperinci. Hal ini dapat diartikan bahwa mengadakan walimah bentuknya adalah bebas, maka terjadilah bermacam corak tradisi, kebudayaan dan adat-istiadat dalam pelaksanaan Walimatul ‘Urs, asal pelaksanaannya tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Yang penting dalam mengadakan walimah itu disesuaikan dengan kemampuannya masing-masing dan jangan sampai ada keborosan/kemubadiran. Dan jangan ada tujuan-tujuan lain dalam mengadakan pesta perkawinan itu yang dilarang oleh agama Islam.