Ada banyak bentuk Ijarah yang berkembang di masyarakat salah satunya adalah jasa jahit pakaian, Sistem praktik Ijarah di Kim tailor adalah kespakatan kedua belah pihak untuk menjahitkan pakaian sesuai permintaan konsumen, namun fenomena yang terjadi ketika pesanan over load Kim tailor mengalihkan pesanan jahitan ke pihak lain tanpa memberi tahu terlebih dahulu konsumen, hal ini menjadikan akad yang awal tidak dipenuhi oleh Kim Tailor.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana praktik pengalihan objek akad Ijarah menjahit pakaian di KIM tailor? 2) Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan objek akad Ijarah dalam menjahit pakaian di KIM tailor?
Jenis penelitian ini adalah penelitian normatif empiris berbentuk kualitatif dengan pendekatan hukum yuridis empiris, dengan sumber data primer yaitu hasil wawancara pemilik, karyawan dan orang yang menjahitkan pakaian di KIM Tailor Desa Wedung Kecamatan Wedung Kabupaten Demak dan sumber data sekunder berbentuk buku-buku, kitab, jurnal dan artikel terkait dengan Ijarah. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang terkumpul kemudian di analisis menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Praktik pengalihan objek akad ijarah menjahit pakaian di Kim tailor terjadi apabila dalam pekerjaannya terlalu banyak dan tenaga kerjanya kekurangan dalam mengerjakannya dengan melemparkan bahan dari konsumen kepada penjahit lain hal ini dilakukan agar target selesainya jahitan yagn ditetapkan konsumen terpenuhi. Kim tailor tidak menjelaskan kepada konsumen ketika terjadi pengalihan objek akad ijarah menjahit pakaian di Kim tailor saat konsumen mengambil jahitan, ketika Kim tailor ketika terjadi komplain dari konsumen atas hasil jahitan maka pihak kim tailor akan memperbaiki secepatnya dan tidak ada tambahan harga. 2) Tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan objek akad Ijarah dalam menjahit pakaian di Kim tailor ini adalah mubah, karena sudah menjadi kebiasaan atau ‘urf. Dilihat dari segi keabsahannya dari pandangan syara’ praktik kebiasaan atau ‘urf pengalihan objek akad ijarah dalam menjahit pakaian di Kim Tailor termasuk ‘urf shahih karena tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, tidak ada pertentangan antara pihak Kim Tailor dan konsumen, kedua mendapatkan manfaat dan keduanya saling rela karena hasil jahitan tidak jauh berbeda. Syariat Islam juga memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melakukan akad sesuai yang diinginkannya, sebaliknya apabila ada unsur pemaksaan atau pemasungan kebebasan akan menyebabkan legalitas kontrak yang dihasilkan batal atau tidak sah. Asas ini menggambarkan prinsip dasar bidang muamalah yaitu kebolehan (mubah) yang mengandung arti bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas perkembangan bentuk dan macam muamalah baru sesuai dengan perkembangan kebutuhan hidup masyarakat. Walaupun jahitannya dialihkan tetapi konsumen dan pemilik usaha telah sama-sama mendapatkan manfaat dan kemaslahatan dari akad ijarah tersebut, dimana konsumen mendapatkan pakaiannya dan pemilik usaha mendapatkan upahnya.