Analisis penentuan waktu salat isya’ berdasarkan syafaq abyaḍ di Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur
Abrar, Ahmad (2021) Analisis penentuan waktu salat isya’ berdasarkan syafaq abyaḍ di Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Undergraduate (S1) thesis, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang.
SKRIPSI_1602046064_AHMAD_ABRAR.pdf - Accepted Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.
Download (4MB)
Abstract
Salat merupakan ibadah yang dimulai dengan takbīr al-Iḥrām dan diakhiri dengan salam sesuai dengan rukun dan syarat-syarat tertentu. Salat tidak bisa dilakukan dalam sembarang waktu, adanya ketentuan waktu yang telah termuat melahirkan pemahaman bahwa ketentuan waktu-waktu salat tersebut berkaitan dengan posisi Matahari pada bola langit. Tanda dalam penentuan waktu salat Isya yaitu menggunakan Syafaq. Syafaq merupakan percampuran cahaya siang dengan gelapnya malam ketika Matahari terbenam sehingga menghasilkan berbagai macam warna seperti kuning, orange, merah dan putih. Syafaq terbagi menjadi dua, syafaq aḥmar dan syafaq abyaḍ.
Permasalahan utama dalam pembahasan ini adalah hilangnya syafaq aḥmar sebagai landasan masuknya awal waktu salat Isya dengan ketinggian Matahari -18° masih dipertanyakan. Dalam penentuan awal waktu salat Isya Imam Syafii dan Imam Malik menggunakan syafaq aḥmar dan Imam Hambali dan Imam Hanafi menggunakan syafaq abyaḍ sebagai acuan masuknya awal waktu salat Isya. Jenis penilitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian lapangan (Field Research) dengan sumber data primer adalah data dari Sky Quality Meter (SQM). Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan cara perekaman data kecerlangan langit di Pulau Masalembu. Polusi cahaya dan polusi udara sangat menganggu pengamatan terhadap hilangnya syafaq sehingga butuh banyak penelitian atau observasi terhadap hilangnya syafaq. Observasi syafaq membutuhkan tempat yang langsung bisa melihat ufuk barat. Dalam penelitian terbenamnya syafaq membutuhkan kondisi langit yang sangat gelap dan kondisi langit yang cerah pada saat Matahari terbenam sehingga dapat memaksimalkan perolehan data observasi syafaq. Pulau Masalembu sangat cocok dikarenakan kondisi langit malam berada pada 22.00 mag./arc sec2.
Dalam menentukan awal waktu Isya’ Kemenag RI menggunakan kriteria dengan ketinggian Matahari -18° dengan kondisi langit telah hilang syafaq aḥmar. Adapun dalam penelitian lapangan yang berlokasi di Pulau Masalembu, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pada ketinggian Matahari -16° syafaq aḥmar telah hilang, dan ketinggian -18° syafaq abyaḍ telah hilang. Dengan demikian, menurut hemat peneliti penggunaan -18° yang telah ditetapkan Kemenag RI belum sesuai apabila digunakan di Pulau Masalembu.
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Waktu salat; Syafaq aḥmar; Syafaq abyaḍ |
Subjects: | 200 Religion (Class here Comparative religion) > 290 Other religions > 297 Islam and religions originating in it > 297.2 Islam Doctrinal Theology, Aqaid and Kalam > 297.26 Islam and secular disciplines > 297.265 Islam and natural science (Incl. Islamic Astronomy/Ilmu Falak) 500 Natural sciences and mathematics > 520 Astronomy and allied sciences > 527 Celestial navigation |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > 50202 - Ilmu Falak |
Depositing User: | Annisa Rizki Safitri |
Date Deposited: | 09 Apr 2022 02:24 |
Last Modified: | 09 Apr 2022 02:24 |
URI: | https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/15779 |
Actions (login required)
Downloads
Downloads per month over past year