Skripsi ini membahas prestasi belajar dan Metode Kooperatif learning dengan model Jigsaw. Kajiannya dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar mata pelajaran Fiqih dan metode pembelajaran yang kurang inovatif sehingga perlu diterapkannya metode Kooperatif dengan model Jigsaw. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan bagaimanakah penerapan pembelajaran cooperatif learning model jigsaw dalam upaya meningkatkan motivasi belajar fiqih pada siswa Kelas V di MI Walisongo Rajek, dan apakah pembelajaran cooperatif learning model jigsaw dapat meningkatkan motivasi belajar fiqih pada siswa Kelas V di MI Walisongo Rajek.
Permasalahan tersebut dibahas melalui peenlitian tindakan padaKelas V MI Walisongo Rajek Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Penelitian ini dirancang dalam 2 siklus. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan analisis, refleksi serta evaluasi. Data yang diambil adalah hasil belajar melalui tes akhir siklus dan keaktifan siswa, kerjasama siswa melalui observasi pada waktu pelaksanaan pembelajaran. Indikator yang diharapkan adalah siswa yang mendapat nilai ≥70 dan ketuntasan belajar mencapai 100% pada akhir siklus.
Pada tindakan pra siklus nilai rata-rata baru 73,05 dan siswa yang tuntas 10 anak sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 7 anak. Dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 58,84%. Kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I nilai rata-rata naik menjadi 76,58. Siswa yang tuntas meningkat menjadi 14 anak dan siswa yang belum tuntas 3 anak. Pada siklus pertama ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 82,23%. Pada tindakan siklus II hasil belajar nilai rata-rata meningkat menjadi 83,05. Siswa yang tuntas pada siklus II adalah 17 anak, dengan ketuntasan 17 anak pada pembelajaran fiqih materi pokok mengenal ketentuan qurban, berarti ketuntasan telah mencapai 100%. Peningkatan prestasi pada sisklus disebabkan karena siswa sudah tertarik dengan modeel pembelajaran dan sudah memahami materi ajar yang di sampaikan. Prestasi pada pra siklus kurang memuaskan karena mereka merasa bosan dengan model pembelajaran yang konvensional dan hanya mendengarkan apa yang sampaikan oleh guru. Sedangkan pada siklus kedua peningkatan prestasi belum dapat 100% karena mereka belum memahami sepenuhnya model pembelajaran yang di terapkan, sehingga guru harus memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam model ini.
Dari hasil penelitian disarankan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru tidak terfokus pada satu atau dua metode saja, tetapi harus kreatif dengan menyajikan metode yang variatif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan supaya siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru dapat mengembangkan metode cooperatif learning model Jigsaw pada mata pelajaran Fiqih.